viasofiana29

Just another WordPress.com site

artikel poliomyelitis

ARTIKEL POLIOMYELITIS
Artikel 1
1. Cegah Penyakit Polio

Saat ini penyakit Polio mulai kembali menghantui masyarakat di Indonesia, penyakit yang disebabkan oleh virus ini mempunyai gejala lumpuh yang masuk ke tubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis). Stadium akut ditandai dengan suhu tubuh meningkat, jarang terjadi lebih dari 10 hari, kadang disertai sakit kepala dan muntah. Kelumpuhan terjadi dalam seminggu permulaan sakit.
Virus ditularkan infeksi percikan air liur dari mulut dan tenggorokan atau tinja penderita infeksi. Penularan terutama terjadi langsung dari manusia ke manusia melalui tinja ke mulut, yaitu minuman atau makanan yang tercemar virus polio yang berasal dari tinja penderita masuk ke mulut manusia sehat lainnya, atau yang agak jarang melalui mulut ke mulut, dimana penyebaran terjadi dari air liur penderita yang masuk ke mulut manusia sehat lainnya.
Pencegahan terserang polio dapat dilakukan dengan melakukan imunisasi polio, yang diberikan sejak lahir sebanyak 4 kali dengan jangka waktu antara 6-8 minggu. Kemudian, diulang usia 1,5 tahun, dan 15 tahun. Upaya ketiga adalah yang dokenal dengan survailance accute flaccid paralysis atau penemuan penderita yang dicurigai lumpuh layuh pada usia di bawah 15 tahun. Mereka harus diperiksa tinjanya untuk memastikan karena polio atau bukan. Tindakan lain adalah melakukan mopping-up, yakni pemberian vaksinasi massal di daerah yang ditemukan penderita polio terhadap anak usia di bawah lima tahun tanpa melihat status imunisasi polio sebelumnya.

Artikel 2
2. Seputar Polio
Apakah Polio itu ?
Poliomyelitis (polio) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dan sebagian besar menyerang anak-anak berusia di bawah 5 tahun. Polio tidak ada obatnya, pertahanan satu-satunya adalah imunisasi.Virus polio masuk ke tubuh melalui mulut, dari air atau makanan yang tercemar kotoran penderita polio. Juga disebabkan kurang terjaganya kebersihan diri dan lingkungan. Virus ini menyerang system syaraf dan bisa menyebabkan kelumpuhan seumur hidup dalam waktu beberapa lama.
Bagaimana Gejala Polio?
Demam
Rasa lelah
Sakit kepala
Muntah-muntah
Rasa kaku pada leher
Rasa sakit pada kaki atau tangan

Bagaimana mencegah dan membasmi polio dari muka bumi?
Satu-satunya cara mencegah dan membasmi polio adalah melalui pemberian vaksin polio, yaitu :
a. Pemberian imunisasi polio lengkap kepada bayi (usia kurang dari 12 bulan) melalui program imunisasi rutin, atau
b. Pemberian imunisasi polio kepada bayi dan balita (usia 0 – 59 bulan) melalui imunisasi massal, yang disebut PIN (Pekan Imunisasi Nasional)

Apakah PIN 2006 itu?
PIN (Pekan Imunisasi Nasional) adalah hari-hari yang dicanangkan secara nasional untuk memberikan imunisasi polio dengan 2 (dua) tetes vaksin polio kepada semua bayi dan balita (usia 0 – 59 bulan). Adalah sangat penting bagi para orang tua untuk membawa setiap bayi dan balita ke pos PIN terdekat untuk memastikan anak-anaknya mendapatkan perlindungan terhadap polio.

Apakah Vaksin Polio Aman?
Vaksin polio sangatlah aman dan efektif bagi anak-anak, bahkan yang sedang sakit. Pastikan imunisasi polio diberikan kepada anak walaupun mereka sedang sakit batuk, pilek, atau diare. Dan pastikan pula anak Anda memperoleh imunisasi penuh, karena setiap dosis tambahan akan memberikan perlindungan lebih bagi anak-anak.

Mengapa perlu PIN lagi?
a. Setelah selama 10 tahun Indonesia bebas polio, penyakit ini kembali menyerang Indonesia dan telah melumpuhkan lebih dari 300 anak.
b. Virus polio mencari kelompok-kelompok anak yang tidak terimunisasi di Indonesia.
c. Penyakit polio SANGAT MENULAR. Satu orang anak yang belum diimunisasi berisiko menimbulkan penyakit polio pada anak-anak disekitarnya. Karenanya, PIN datang lagi untuk melindungi anak cucu kita dari ancaman penyakit polio dan memutuskan mata rantai penyebaran virus polio di Indonesia, sehingga Indonesia benar-benar bebas polio.

Bagaimana Pelaksanaan PIN 2006?
a. PIN dilaksanakan secara serentak di seluruh Indonesia dalam 2 (dua) putaran lanjutan. Putaran IV tanggal 27 Februari 2006 dan putaran V tanggal 12 April 2006.
b. Pelayanan imunisasi polio dilakukan di pos PIN yang berlokasi di Posyandu, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Rumah Sakit, dan tempat-tempat pelayanan kesehatan lainnya, baik pemerintah maupun swasta.
c. Tempat-tempat strategis lainnya diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai Pos PIN, seperti terminal, stasiun, pasar, taman kanak-kanak, kelompok bermain, panti asuhan, dan tempat penitipan anak dengan dukungan sumber daya dari masyarakat dan pemerintah daerah.
d. Pos PIN memberikan layanan imunisasi secara GRATIS. Jangan ada lagi yang lumpuh seumur hidup karena Polio. Mari, Lindungi Anak-anak Kita dari Polio………..!


Artikel 3
3. Hati – hati wabah polio
Penyakit yang masuk ke tubuh balita melalui saluran pencernaan ini ditularkan melalui virus yang ada pada kotoran yang tertulari virus polio. Penularannya bisa terjadi lewat berbagai jalan. Misalnya, air minum yang tercemar virus polio, atau melalui tangan yang tercemar virus polio yang kemudian memegang makanan sehingga masuk ke saluran pencernaan.
Masa inkubasi: 3-35 hari.
Gejala:
Polio memang penyakit berbahaya yang dikenal menyerang diam-diam, dan sekali terkena tidak dapat disembuhkan. Orang yang terinfeksi polio kadang-kadang belum tentu menderita sakit. Sekitar 95% dari mereka yang tertular tanpa gejala ini disebut asymptomatic polio. Sementara 4–8% kasus yang menunjukkan gejalanya disebut symptomatic polio.
Gejalanya muncul dalam tiga bentuk, yakni:
Gejala yang ringan (abortive polio)
Hampir seluruh penderita yang mengalami gejala ini tidak menyadarinya, karena gejalanya mirip flu, seperti:
Demam
Sakit tenggorokan.
Sakit kepala.
Badan terasa nyeri dan lelah, seperti mau selesma.
Diare.

Gejala yang lebih serius (biasanya berhubungan dengan radang selaput otak yang disebut sebagai nonparalytic polio). Sekitar 1–5% menunjukkan gejala seperti:
Terlalu peka terhadap cahaya.
Kaku kuduk (biasanya diperiksa oleh dokter).
Gejala yang berat (paralytic polio) yang hanya dialami 0,1 sampai 2% kasus polio. Gejalanya adalah:
Kelumpuhan permanen, bisa pada tungkai, baik kaki maupun tangan.
Kelumpuhan berat, misalnya pada otot pernapasan. Pada kondisi ini, biasanya pasien membutuhkan alat bantu napas.
Catatan:
Sekalipun penyakit polio yang akut biasanya menyerang hanya kurang dari 2 minggu, namun akibatnya bisa merusakkan saraf seumur hidup, sehingga menyebabkan kelumpuhan yang menetap.
Pencegahan:
Vaksinasi polio oral (diteteskan ke mulut). Vaksin yang diberikan berupa virus polio hidup yang telah dilemahkan, minimal 5 kali.
Membersihkan tangan setelah buang air besar, agar tidak terjadi penularan.
Minum air yang sudah dimasak, agar jika ada virus polio yang mencemari bisa mati.

http://www.ayanbunda.co.id

ARTIKEL POLIOLYELITIS
Artikel 1
1. 10 Kiat Hadapi Polio
Walau polio tidak bisa disembuhkan, namun bisa dicegah. Polio adalah musuh yang berbahaya bagi anak-anak karena dapat menyebabkan kelumpuhan.
a. Polio tidak bisa disembuhkan, tetapi bisa dicegah. Polio tidak dapat disembuhkan, tetapi bisa kita cegah dengan imunisasi.
b. Vaksin polio adalah satu satunya senjata yang manjur, aman dan halal. Satu-satunya cara menghadapi polio adalah memberikan vaksin polio yang diteteskan ke mulut balita -biasa disebut Oral Polio Vaccine (OPV). Vaksin ini aman, efisien dan manjur. Untuk memberikan perlindungan seumur hidup, imunisasi dengan vaksin OPV ini perlu diberikan beberapa kali. OPV telah dinyatakan halal oleh pemimpin agama sedunia, termasuk Majelis Ulama Indonesia (MUI).
c. Setiap anak balita harus datang ke Pekan Imunisasi Nasional. Untuk memberantas polio di Indonesia, Pekan Imunisasi Nasional (PIN) diadakan untuk memberikan kekebalan kepada semua anak balita terhadap polio. Orang tua wajib membewa setiap anak balitanya ke pos-pos pelayanan imunisasi setiap kali PIN diselenggarakan.
d. Polio sangat menular. Satu anak saja yang tidak diimunisasi, maka seluruh anak yang ada di sekitarnya terancam polio.
e. Setelah bebas polio selama 10 tahun, Indonesia kembali diserang virus polio. Penyebaran penyakit ini begitu cepat, tanpa mengenal status sosial ataupun batas wilayah. Setiap anak yang belum diimunisasi berisiko terhadap penyakit polio.
f. Membebaskan Indonesia dari polio adalah persoalan martabat bangsa. Virus ini berkelana beribu-ribu mil dari Afrika Barat dan kini menjangkiti Indonesia. Virus ini dapat dengan mudah menyebar dari tanah air kita ke negara-negara tetangga. Jangan sampai Indonesia menjadi negara pengekspor polio, karena ini akan memalukan kita semua.
g. Tanggungjawab kita bersama, membasmi polio dari Indonesia. Adalah tugas kita untuk melakukan usaha apa pun untuk melindungi anak-anak kita. Pemberantasan polio adalah untuk masa depan kita bersama. Seluruh dunia berupaya membasmi polio melalui Program Eradikasi Polio Global, yang telah berhasil memangkas kasus polio hingga lebih dari 99 persen. Balita kita tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka bergantung kepada kita untuk bisa diselamatkan dari ancaman polio.
h. Anak kita berhak hidup sehat dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik. Merebaknya polio membuktikan betapa pentingnya imunisasi rutin terhadap berbagai penyakit yang menyerang anak. Di Indonesia, hanya 70 persen anak-anak yang diimunisasi secara rutin -bahkan angkanya lebih kecil lagi di daerah-daerah miskin. Anak-anak kita berhak hidup sehat, dan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik. Kita harus berteriak dengan suara lebih keras demi pelayanan imunisasi yang lebih baik.
i. Anda bisa. Kita semua bisa: bergabung, bersama menyebarluaskan ajakan ini, agar semua anak bebas polio. Setiap orang berperan dalam penyediaan vaksin ini bagi semua balita. Setiap keluarga perlu mengetahui fakta mengenai polio dan arti imunisasi. Mari sebarkan hal ini kepada para teman dan tetangga Anda. Ajarkan kepada anak-anak mengenai polio di sekolah. Bergabunglah dengan masyarakat di sekitar Anda pada Pekan Imunisasi Nasional untuk mendorong agar anak-anak diimunisasi. Gunakan media untuk mendidik masyarakat. Begitu banyak cara untuk menyampaikan dukungan Anda.
j. Putaran selanjutnya dari Pekan Imunisasi Nasional terhadap polio akan diselenggarakan pada tanggal 30 Agustus dan 27 September 2005. Mari bergabung dengan masyarakat di lingkungan Anda pada hari-hari tersebut untuk mendukung gerakan imunisasi ini.

Artikel 2
2. Pemberian Vaksin Kombinasi
Tanya: Anak saya (2 bulan) baru saja divaksin combo DPT. Tadinya, saya ingin combo dengan polio oral, tetapi karena habis, akhirnya mendapat diacel polio injeksi. Apakah jika berikutnya divaksin polio oral + DPT combo (infanrix) tidak akan mengurangi khasiatnya?
Jawab: Vaksin combo adalah vaksin yang berisi beberapa jenis vaksin untuk mencegah beberapa penyakit secara bersamaan dalam satu suntikan. Jadi, sebenarnya lebih tepat disebut combined vaccine alias vaksin kombinasi. Jenis vaksin kombinasi yang telah lama kita kenal adalah D-P-T yang terdiri dari vaksin difteria, pertusis atau batuk 100 hari, dan tetanus, serta M-M-R yang terdiri dari vaksin measles/campak, mumps/gondongan dan rubela/campak Jerman.
Vaksin kombinasi baru yang beredar di sini antara lain vaksin kombinasi antara DPT + hepatitis B, DPT + Hib, DPT + Hib + IPV (polio suntik), dan hepatitis B + hepatitis A. Tujuan pemberian vaksin kombinasi adalah untuk mempersingkat waktu imunisasi, mempermudah pemberian, mengurangi jumlah suntikan pada bayi kecil, mengurangi kunjungan berobat dan lebih murah dibandingkan pemberian vaksin terpisah.
Untuk anak Anda, apabila awalnya diberi vaksin kombinasi DPT + Hib + IPV dan untuk berikutnya diberikan vaksin kombinasi DPT + Hib dan OPV (polio oral atau polio tetes), hal itu tidak mengurangi kadar antibodi (khasiat) yang akan terbentuk. Karena, vaksin IPV dan vaksin OPV pada dasarnya mempunyai isi yang sama. OPV berisi virus polio 1, polio 2 dan polio 3 hidup yang telah dilemahkan, sedangkan IPV berisi virus yang telah mati. Kedua vaksin berguna untuk mencegah penyakit poliomielitis.
Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, SpA(K)

Artikel 3
3. Cegah Kelumpuhan dengan Vaksin POLIO

Karena penyakit polio tak bisa disembuhkan, satu-satunya kesempatan adalah
langkah pencegahan dengan pemberian vaksin polio. Vaksin polio menjadi satu-satunya senjata melawan polio.
Mungkin ada opini yang keliru mengenai vaksin polio yang disebut-sebut memiliki efek samping. Tapi hal ini dibantah para ahli kesehatan. Vaksin-vaksi polio tetes (OPV) sangatlah aman dan efektif. OPV telah diberikan kepada lebih dari dua miliar anak di seluruh dunia sejak diluncurkannya Inisiatif Pemberantasan Polio Global pada tahun 1988. Karena usaha-usaha tersebut pulalah, sekitar lima juta anak dapat berjalan saat ini, di mana kalau mereka tidak diimunisasi kemungkinan menjadi lumpuh.
Di seluruh dunia, keberadaan penyakit polio telah ditekan lebih dari 99%. Dari 350.000 kasus per tahunnya menjadi kurang dari 1.300 kasus per tahun pada tahun 2004. OPV pada situasi yang sangat jarang terjadi terkait dengan komplikasi yang dikenal dengan kelumpuhan polio terkait vaksin. Kejadian yang sangat jarang terjadi ini kemungkinannya satu di antara 2,4 juta dosis yang diberikan.
Selain aman, OPV juga telah dinyatakan halal oleh para pemuka agama Islam di Indonesia dan di seluruh penjuru dunia -Imam Agung Tantawi dari Universitas Al-Azhar, Imam Agung dari Arab Saudi, dan Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Pemberian dosis OPV yang dilakukan berulang kali kepada anak-anak juga aman-aman saja. Karena vaksin ini dirancang untuk diberikan berulang kali untuk memastikan perlindungan penuh. Di daerah-daerah tropis yang berudara panas, beberapa dosis vaksin polio dibutuhkan untuk memberikan perlindungan penuh bagi setiap anak, bahkan kadang-kadang lebih dari 10 dosis. Vaksin ini aman bagi semua anak-anak. Setiap dosis tambahan meningkatkan kekebalan lebih lanjut seorang anak terhadap polio.
Untuk mencapai hasil yang betul-betul efektif, OPV perlu diberikan berulang kali. Jumlah dosis yang dibutuhkan untuk memberikan kekebalan pada seorang anak tergantung sepenuhnya kepada status kesehatan dan gizi sang anak, dan seberapa banyak paparan terhadap virus lainnya yang pernah dialami anak tersebut.
Sebelum seorang anak diimunisasi secara lengkap, mereka masih berisiko terhadap polio. Hal ini menekankan pentingnya untuk memastikan bahwa semua anak-anak mendapatkan imunisasi sepanjang setiap putaran Pekan Imunisasi Nasional secara serentak. Penting diingat, anak yang tidak terimunisasi adalah wadah bersembunyinya virus polio tersebut.
OPV juga aman diberikan pada anak-anak yang sakit. Pada kenyataanya, secara khusus sangatlah penting bahwa anak-anak yang sakit diimunisasi pada masa kampanye polio, demikian pula bayi-bayi yang baru lahir, karena tingkat kekebalannya lebih rendah dari anak-anak lainnya. Semua anak yang sakit dan bayi baru lahir harus diimunisasi selama masa kampanye untuk memberikan perlindungan yang sangat mereka butuhkan terhadap polio.
Para ibu dan pengasuh harus ingat bahwa Vaksin Polio Oral (OPV) bukanlah pengobatan terhadap penyakit-penyakit lainnya pada anak yang mungkin saja telah dialaminya sebelum imunisasi. Oleh karena itu, seorang ibu/pengasuh yang anaknya mendapatkan vaksin-vaksin polio ketika anak tersebut telah mengalami penyakit sebelumnya, harus membawa anak tersebut ke pusat kesehatan terdekat untuk mendapatkan perawatan kesehatan yang tepat.

ARTIKEL POLIOMYELITIS
1. Tentang Penyakit Polio
Penyakit polio atau yang dalam istilah kedokteran disebut dengan poliomielitis adalah penyakit lumpuh yang disebabkan oleh virus polio. Virus polio ini termasuk dalam kelompok enteroviorus, famili Picornavirus. Jenis virus ini sangat tahan terhadap alkohol dan lisol, namun peka terhadap formaldehide dan larutan klor. Virus ini bisa mati dalam suhu yang tinggi namun bisa bertahan hidup selam bertahun – tahun dalam keadaan beku. Penyakit polio ini termasuk penyakit yang menular. Penyakit ini menyerang pada setiap orang tanpa mengenal usia, namun 50% kasusnya terjadi pada anak berusia antara 3 – 5 tahun.
a. CARA PENULARAN PENYAKIT POLIO:
Penyakit polio menular melalui kontak antar manusia. Virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi tinja penderita penyakit polio atau bisa juga dari air liur penderita penyakit polio. Kemudian virus menginfeksi bagian usus yang kemudian memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat sehingga bisa menyebabkan melemahnya otot serta terkadang menyebabkan kelumpuhan.

b. GEJALA / TANDA – TANDA PENYAKIT POLIO
Karena penyakit polio dibedakan menjadi 3 jenis, maka masing – masing dari jenis penyakit polio tersebut memiliki gejala / tanda – tanda sendiri seperti dibawah ini:
1) POLIO NON PARALISIS
Demam
Muntah
Sakit perut
Lesu
Kram otot pada leher serta punggung
Otot terasa lembek
Semua gejala diatas berlangsung selama 2 – 10 hari dan akan sembuh dengan sempurna

2) POLIO PARALISIS SPINAL
Bagi penderita yang sudah memiliki kekebalan, biasanya akan terjadi kelumpuhan pada kaki. Namun bagi penderita yang belum memiliki kekebalan / blm divaksinasi biasanya akan menyerang ke seluruh bagian saraf tulang belakang dan batang otak sehingga bisa mengakibatkan kelumpuhan seluruh anggota gerak badan
3) POLIO BULBAR
Polio ini akan menyerang saraf yang berhubungan dengan pergerakan bola mata, muka, pendengaran, proses menelan dan berbagai fungsi di kerongkongan, pergerakan lidah dan rasa, serta saraf tambahan yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan pengatur pergerakan leher. Tanpa alat bantu pernafasan, jenis polio ini bisa menyebabkan kematian

c. MENCEGAH PENYAKIT POLIO
satu – satunya jalan yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit polio ini adalah dengan mendapatkan vaksinasi polio. Vaksinasi polio diberikan kepada bayi yang baru lahir kemudian dilanjutkan saat bayi berumur 2, 4, dan 6 bulan

2. Cegah Polio Pada Bayi dan Balita

Polio menjadi mimpi buruk di berbagai negara karena memang belum ada obatnya. Tapi jangan kuatir, ada cara menganggulangi polio pada bayi dan balita. Ancaman polio amat mudah menular dan amat ditakuti di banyak Negara. Oleh karena itulah banyak negara yang mewajibkan memberikan imunisasi polio bagi bayi dan balita.

Virus polio masuk ke tubuh melalui saluran pencernaan jika makanan atau minuman kita tak sengaja tercemar virus polio. Oleh karena itulah sejak dini, anak harus diberikan kekebalan tubuhnya terhadap virus polio melalui imunisasi pada usia 2, 3, dan 4 bulan.

Anak-anak yang terinfeksi polio menunjukkan gejala kaku tengkuk, kaku punggung dan kaki selama 2-10 hari kemudian akan sembuh total. Hanya sekitar 2% dari anak yang terkena polio akan lumpuh total. Tambahan imunisasi polio masih sangat diperlukan oleh anak-anak yang sudah diberikan imunisasi. Karena untuk menghadapi wabah, tubuh anak perlu mendapatkan tambahan kekebalan.

Polio memang tak ada obatnya, tapi bila sudah terkena dan mengalami kelumpuhan, maka latihan fisioterapi agar kaki yang lemah dapat kuat kembali sangatlah diperlukan.

3. Pencegahan Polio
Dr Kusnadi Rusmil, SpA (K)
Dokter Spesialis Tumbuh Kembang Anak
RS. Hasan Sadikin Bandung

Program Eradikasi Polio
Gejala penyakit polio dilaporkan pertama kali oleh Michael Anderwood pada tahun 1789 dari Inggris. Outbreak pertama kali terjadi di Eropa pada awal abad ke-19 yang banyak menyerang anak, dan selanjutnya kejadian epidemik meluas pada umur yang lebih tua. Epidemi polio berskala besar terjadi di Eropa dan Amerika sejak pertengahan abad 19 sampai pertengahan pertama abad 20. Sesudah perang dunia, epidemik poliomielitis menyebar ke seluruh dunia. Epidemi polio di Amerika pada tahun 1952 menyebabkan sekitar 21.000 kasus paralitik. Upaya eradikasi dilakukan dengan melaksanakan imunisasi masal dengan mempergunakan vaksin polio. Melalui upaya ini, angka kejadian penyakit polio telah menurun secara drastis. Virus polio liar terakhir ditemukan di Amerika pada tahun 1979.
Expanded Programe Immunization (EPI) atau Program Pengembangan Imunisasi (PPI) di dunia dimulai pada tahun 1974. Sejak itu jumlah penyakit poliomielitis yang dilaporkan dari setiap negara semakin menurun.
Perkembangan Strategi Eradikasi Polio Di Dunia
Pada tahun 1988 masih ditemukan kasus polio paralisis sebanyak 350.000 di seluruh dunia. Antara tahun 1988 dan pertengahan 1990-an, kemajuan pesat penurunan jumlah negara endemis sangat nampak . Sejak pertengahan tahun 1990-an, jumlah jaringan kemitraan ini semakin meningkat sehingga pada akhir dekade tersebut, lebih dari 575 juta anak mendapat vaksin polio oral (OPV) . Tahun 2002, sebanyak 175 negara telah dinyatakan bebas polio dan pada tahun 2003 virus polio liar telah berhasil dieliminasi dari hampir semua negara, kecuali enam negara yang masih endemis (Nigeria, India, Pakistan, Afganistan, Niger, dan Mesir) yang melaporkan 784 kasus polio.
Sirkulasi virus polio liar tipe 2 telah berhenti sejak tahun 1999. Pada masa akhir dari eradikasi polio, hanya virus polio tipe 1 dan 3 yang masih tetap bersirkulasi sebagai virus polio liar pada daerah endemis dan tipe 3 hanya terbatas di Nigeria Utara dan Selatan, Niger, Afganistan, dan India.
Akan tetpai pada akhir tahun 2004 terjadi peningkatan sirkulasi virus, ditemukan kasus polio meningkat menjadi 1.200 kasus. Rantai penularan virus polio liar yang tersisa terkonsentrasi di lima negara bagian atau provinsi di Nigeria (1), India (2), dan Pakistan (2), karena masih adanya daerah kantung-kantung anak-anak belum pernah diimunisasi.
Perkembangan Strategi Erapon Di Indonesia
Indonesia telah melaksanakan program eradikasi polio dengan melakukan program imunisasi polio secara intensif di seluruh Indonesia melalui program pengembangan imunisasi/PPI sejak tahun 1980. Tahun 1980 program vaksinasi polio dimulai dan pada tahun 1990 cakupan imunisasi rutin > 90%. Jumlah kasus polio di Indonesia telah berhasil diturunkan sebesar 97% yaitu dan 773 kasus pada tahun 1988 menjadi 23 kasus yang dilaporkan pada tahun 1993. Tahun 1995 virus polio liar terakhir ditemukan di Kabupaten Malang, Probolinggo, Cilacap, Palembang, dan Medan.
Sejak tahun 1995 tidak pernah ditemukan lagi kasus polio liar di Indonesia dan direncanakan bebas polio tahun 2005 oleh WHO. Untuk meningkatkan kegiatan memutus mata rantai penularan, PIN telah dilaksanakan berturut-turut tahun 1995, 1996, 1997, dan tahun 2002 dengan cakupan lebih dari 90% sesuai anjuran WHO.
Namun pada bulan Maret 2005, seorang anak laki-laki berusia 20 bulan di daerah Sukabumi, Jawa Barat, dinyatakan lumpuh karena polio. Sesuai dengan Global Polio Eradication Initiative 2004-2008 bahwa kelumpuhan akibat polio yang terjadi di negara yang sudah tidak terjadi transmisi penyakit polio dalam waktu lama merupakan kejadian luar biasa dan dianggap kegawatan kesehatan masyarakat(KLB). Analisis genetik virus polio tersebut menunjukkan bahwa virus polio tersebut merupakan virus polio tipe 1 yang diimpor dari Nigeria , kejadian luar biasa polio tersebut juga telah terjadi dan menyebar ke negara-negara bebas polio. Lima belas negara yang bebas polio lainnya juga telah terjangkit penyakit ini, termasuk Yaman dan Arab Saudi. Di Indonesia kejadian luar biasa tersebut ditindaklanjut dengan dilakukannya pemberian imunisasi secara intensif .
Kejadian luar biasa kasus polio di Indonesia sampai dengan tanggal 21 Maret 2006 ditemukan pada 305 anak yang tersebar di 10 provinsi di Indonesia, yaitu Jawa Barat (59 kasus), Banten (160 kasus), Jawa Tengah (20 kasus), Lampung (26 kasus), Jakarta (4 kasus), Sumatera Utara (10 kasus), Riau (3 kasus), Jawa Timur (10 kasus), Sumatera Selatan (5 kasus), dan Nangroe Aceh Darussalam-NAD (5 kasus) Kasus polio liar yang terakhir dilaporkan pada seorang anak di Aceh Tenggara pada 16 Februari 2006 .Setelah dilaksanakan imunisasi secara intensif di seluruh indonesia dengan PIN dan Sub PIN ,sejak saat itu sampai sekarang tidak terdapat laporan KLB Polio di Indonesia.
Pencegahan Polio
Beberapa cara pencegahan penyakit polio yang harus dilakukan adalah:
1. Peningkatan Higiene
Karena penyakit polio ditularkan per oral melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh kotoran manusia yang mengandung virus, maka higiene makanan/minuman sangat penting.
Virus polio berkali-kali berhasil diisolasi dari lalat rumah dan dari makanan yang telah dihinggapinya. Jelaslah bahwa pembuangan kotoran manusia mempunyai peranan penting dalam epidemiologi penyakit polio. Juga pemberantasan berbagai jenis vektor mekanis seperti lalat rumah, lipas, yang suka menghinggapi kotoran dan konsumsi manusia perlu mendapat perhatian, bukan hanya dalam rangka pencegahan penyakit polio, tetapi termasuk penyakit saluran cerna lainnya.

2. Imunisasi Polio
Imunisasi polio yaitu proses pembentukan kekebalan terhadap peyakit polio dengan mempergunakan vaksin polio oral (OPV)maupun injecsi (IPV).
Rekomendasi WHO semua anak harus mendapatkan imunisasi pada saat baru lahir, enam minggu, 10 minggu, dan 14 minggu. Di Indonesia imunisasi polio pada program menggunakan OPV dilaksanakan sejak tahun 1980 dan tahun 1990 telah mencapai UCI (universal child immunization).
Vaksin polio telah dikenalkan sejak tahun 1950, Inactivated (Salk) Poliovirus Vaccine (IPV) mendapat lisensi pada tahun 1955 dan langsung digunakan secara luas. Pada tahun 1963, mulai digunakan trivalen virus polio secara oral (OPV) secara luas. Enhanced potency IPV (eIPV) yang menggunakan molekul yang lebih besar dan menimbulkan kadar antibodi lebih tinggi mulai digunakan tahun 1988. Sejak mereka digunakan di berbagai negara untuk imunisasi dasar maupun masal pada anak telah terbukti menurunkan secara dramatis kejadian infeksi polio di dunia, hal ini membuat tujuan eradikasi dapat dicapai.
Vaksin Poilo
Vaksin polio telah dikenalkan sejak tahun 1950, Inactivated (Salk) Poliovirus Vaccine (IPV) mendapat lisensi pada tahun 1955 dan langsung digunakan secara luas. Pada tahun 1963, mulai digunakan trivalen virus polio secara oral (OPV) secara luas. Enhanced potency IPV (eIPV) yang menggunakan molekul yang lebih besar dan menimbulkan kadar antibodi lebih tinggi mulai digunakan tahun 1988. Sejak mereka digunakan di berbagai negara untuk imunisasi dasar maupun masal pada anak telah terbukti menurunkan secara dramatis kejadian infeksi polio di dunia, hal ini membuat tujuan eradikasi dapat dicapai. Perbedaan kedua vaksin ini adalah IPV merupakan virus yang sudah mati dengan formaldehid, sehingga sifat virusnya hilang termasuk sifat perkembang biakannya, sedangkan OPV adalah virus yang masih hidup dan mempunyai kemampuan untuk berkembang biak, tetapi hampir tidak bersifat patogen karena sifat patogennya sudah dilemahkan. Pada IPV yang berfungsi sebagai vaksin (antigen) adalah protein dari virus tersebut, terutama protein kapsid yang mengandung gugusan epitop antigen. Vaksin IPV berbentuk cairan yang harus disuntikkan. Adapun alasan mengapa vaksin IPV tidak dibuat berbentuk sirup yang bisa diminum adalah karena protein yang berfungsi sebagai antigen pada IPV akan terurai di dalam lambung. OPV lebih disukai karena kemampuannya meningkatkan imunitas humoral terhadap polio. Akan tetapi satu dari setiap 6,2 juta dosis OPV dapat menyebabkan paralisis yang berhubungan dengan vaksin polio/ VDPV.

Oral Polio Vaksin / Vaksin Sabin ( OPV)
Vaksin mulai dibuat tahun 1951 oleh Hilary Koprowski dengan cara pembiakan virus polio pada tikus. Pada tahun 1955 Albert Bruce Sabin melakukan modifikasi dengan cara membiakkan virus pada biakan jaringan ginjal kera Macaca Rhesus. Hasil yang diperoleh virus yang lemah dengan daya imunologik yang tinggi. Untuk dapat membentuk zat anti yang cukup tinggi dan proteksi yang lebih terjamin, dianjurkan agar tiap dosis vaksin mengandung paling sedikit 10 TCID 50 virus polio tipe 1, 10TCID 50 tipe 2, dan 10 TCID 50 tipe 3.
OPV bekerja dengan dua cara, yaitu dengan memproduksi antibodi dalam darah (imunitas humoral) terhadap ketiga tipe virus polio sehingga pada kejadian infeksi, vaksin ini akan memberikan perlindungan dengan mencegah penyebaran virus polio ke sistem saraf. OPV juga menghasilkan respons imun lokal di membran mukosa intestinal tempat terjadinya multiplikasi virus polio. Antibodi yang terbentuk akan membatasi multiplikasi virus polio liar di dalam intestinal sehingga mencegah terjadinya reinfeksi. Respons imun intestinal terhadap OPV merupakan alasan utama mengapa penggunaan OPV secara masal dapat menghentikan penyebaran virus polio liar dari seseorang ke orang yang lain
Trivalent Oral Polio Vaccine (tOPV)
Vaksin ini mengandung tiga macam galur virus polio, setiap dosis 0,1 mL/ 2 tetes terdiri dari:
Tipe 1: >106 CCID50
Tipe 2: >105.0 CCID50
Tipe 3: >105.8 CCID50
Pada keadaan ditemukan lebih dari satu tipe virus polio liar, tOPV secara epidemiologis dan operasional adalah vaksin terbaik untuk digunakan karena dapat memberikan perlindungan terhadap ketiga tipe virus polio. Pada saat vaksin ini digunakan terdapat kompetisi antara ketiga virus tersebut dalam menimbulkan kekebalan yang mengakibatkan perlindungan dengan efisiensi yang berbeda-beda untuk setiap tipe. Imunogenesitas virus, virus polio 2 paling baik menimbulkan kekebalan di antara ketiga virus polio tersebut sehingga perlindungan terhadap virus tipe 2 paling mudah terjadi, kemudian diikuti tipe 1 dan 3.
Monovalent Oral Polio Vaccine (mOPV)
Vaksin OPV hanya mengandung satu macam strain virus polio. Pemberian mOPV dengan dosis yang sama dengan tOPV akan memberikan kekebalan spesifik yang lebih tinggi terhadap tipe tertentu dibandingkan dengan tOPV. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa sekitar 80% anak di negara tropis akan mempunyai kekebalan terhadap virus polio tipe 1 setelah pemberian satu dosis mOPV1 dibandingkan dengan 40% anak setelah pemberian tOPV. Begitu juga dengan 72% anak yang mempunyai kekebalan terhadap virus polio tipe 3 setelah dosis pertama mOPV1 dibandingkan dengan 31% anak setelah dosis pertama tOPV. Kurangnya tingkat serokonversi terhadap antibodi antipolio 1 pada awal pemberian tOPV adalah karena adanya interferensi terutama oleh virus polio vaksin tipe 2 ketika ketiga macam virus polio vaksin tersebut merangsang respons imun pada anak yang diimunisasi. Pada vaksin monovalen, hal ini tidak terjadi sehingga meningkatkan kemampuan untuk menimbulkan kekebalan.
Keuntungan OPV
Keuntungan OPV dapat diberikan secara oral, tidak harus diberikan oleh tenaga kesehatan yang terlatih, relatif tidak mahal, suatu pertimbangan penting untuk program imunisasi nasional.
Penyebaran virus vaksin pada anak yang baru saja diimunisasi terjadi dalam waktu yang singkat, di daerah dengan higiene dan sanitasi yang buruk, biasanya melalui ekskresi di feses. Imunisasi dengan OPV dapat menimbulkan imunisasi pasif terhadap orang dewasa dan anak lain yang tidak diimunisasi. Kemampuan OPV untuk menginduksi imunitas lokal di intestinal merupakan alasan pengguna OPV secara masal dalam memutuskan penularan virus polio liar. Oleh karena itu, OPV tetap menjadi vaksin pilihan utama untuk eradikasi polio.
Kerugian OPV
OPV aman dan efektif akan tetapi kandungan vaksin berupa virus hidup yang telah dilemahkan dapat mengakibatkan 1 kelumpuhan untuk setiap 3 juta dosis, baik pada anak yang divaksin, atau orang di sekitarnya (VAPP/VDPV). Hal ini disebabkan oleh karena terjadi mutasi virus vaksin dimukosa usus. Defisiensi imunitas dari resipien termasuk salah satu penyebabnya,sehingga selama OPV masih diberikan, ancaman VAPP/ VDPV akan tetap ada.
Vaccine Associated Paralytic Poliomyelitis (VAPP)
Kejadian lumpuh setelah imunisasi /paralitik post vaksinasi atau VAPP (vaccine associated paralytic poliomyelitis). Penelitian kolaboratif WHO yang dilakukan di 13 negara selama 15 tahun (1970-1984) memperlihatkan bahwa risiko VAPP (pada resipien vaksin atau pada kontak resipien) adalah kecil : kurang dari 0,3 per juta dosis vaksin (atau kurang dari 1 kasus per 3,3 juta dosis).
Vaccine Derived Polio Viruses (VDPV)
Pada saat ini ini, lebih dari 3 milyar orang yang hidup di 111 negara dengan wilayah bersertifikat bebas polio. Di tengah harapan untuk pencapaian dunia bebas polio, pada bulan September 2000 terjadi kasus polio yang disebabkan oleh virus polio yang berasal dari OPV – vaccine-derived poliovirus (VDPV) yang menyebabkan KLB di kepulauan Hispaniola, Pilipina, dan Mesir. Di Indonesia pada tahun 2005 terdapat 46 kasus VDPV terjadi bersamaan dengan KLB polio di Madura. Hal ini menunjukkan bahwa VDPV merupakan masalah yang serius yang akan menghambat suksesnya program eradikasi polio dan harus dicari jalan pemecahannya. Penggunaan OPV akan dapat mencemari lingkungan, kurang lebih sekitar 30% dari orang yang telah mendapat imunisasi OPV akan dikeluarkannya strain virus polio melalui tinja dengan disertai perubahan sifat virus. Keadaan ini dapat terjadi oleh karena mutasi strain virus polio menjadi bentuk yang virulen, sehingga masih akan terjadi ancaman polio pada populasi. Kemungkinan untuk menjadi penyebab KLB juga tidak bisa diabaikan.
Kasus VDPV umumnya ditemukan pada populasi penduduk yang cakupan imunisasinya rendah. Jika angka cakupan imunisasi di masyarakat mendekati 100%, vaksin tersebut akan memicu kekebalan sebelum VDPV dapat menyebab-kan kelumpuhan. Jika angka cakupan imunisasi dengan OPV rendah, VDPV dapat menyebar melalui beberapa orang yang tidak diimunisasi, mengalami mutasi, sehingga meningkatkan kemungkinan infeksi polio dalam populasi.Dengan demikian, satu saat virus ini akan menyebabkan infeksi kepada sekelompok penduduk yang mempunyai daya imun yang lemah terhadap polio atau sama sekali tidak punya daya imun terhadap polio sehingga dapat timbul KLB VDPP.
Strain virus dari isolat penderita dianggap VDPV bila mempunyai perbedaan urutan nukleotida sebanyak 1-15% dibandingkan strain OPV vaksin. Besarnya perubahan genetik tersebut menunjukkan lamanya replikasi. Strain yang memiliki perbedaan kurang dari 1% disebut OPV-like virus (Sabin-like virus), sedangkan virus polio liar yang beredar di masyarakat mempunyai perbedaan lebih dari 15%.
Kejadian luar biasa di kepulauan Hispaniola, terjadi setelah enam tahun wilayah Amerika tersebut mendapatkan sertifikat bebas polio dan KLB tersebut diperkirakan disebabkan oleh VDPV yang telah bersirkulasi selama dua tahun.Anak dengan imunokompromais yang mendapat OPV akan mengekskresikan virus lebih dari 10 tahun. Dengan demikian suatu negara yang mendapatkan sertifikat bebas polio tetap harus melanjutkan imunisasi sampai beberapa tahun, diperkirakan 5-10 tahun, setelah virus terakhir dieradikasi secara global sebagai risiko masih adanya kasus transmisi virus polio yang berasal dari vaksin.
Musnahnya virus polio liar di beberapa belahan bumi ini dengan penggunaan OPV telah membuktikan keunggulan OPV untuk program eradikasi polio. Oleh karena itu, untuk wilayah gejala polio masih banyak, pemakaian OPV masih diutamakan. Kasus polio yang berasal dari OPV atau VAPP/VDPV seperti yang diutarakan di atas, muncul pada anak yang imunisasinya tidak jelas atau tidak vaksinasi sama sekali. Di negara yang sudah memasuki masa bebas polio lebih dari tiga tahun, harus dipikirkan untuk mengganti OPV dengan IPV. Advisory Committee on Immunization Practices di Amerika merekomendasikan penggunaan jadwal imunisasi dengan IPV dengan alasan adanya risiko terjadinya polio paralitik akibat vaksin OPV.
Keamanan Vaksin Polio Oral
Vaksin polio tetes sangat aman dan jarang menyebabkan efek samping. Efek samping yang dilaporkan adalah lumpuh layu (VAPP/ VDPV). Belum pernah dilaporkan kematian akibat pemberian imunisasi sehabis pemberian vaksin polio tetes.
Inactivated Polio Vaccine (IPV)/Vaksin Salk
Vaksin ini berisi virus polio yang virulen yang sudah di-inaktivasi/dimatikan dengan formaldehid. IPV sedikit memberikan kekebalan lokal pada dinding usus sehingga virus polio masih dapat berkembang biak dalam usus orang telah mendapat IPV. Hal ini memungkinkan terjadinya penyebaran virus ke sekitarnya, yang membahayakan orang-orang di sekitarnya. Sehingga vaksin ini tidak dapat mencegah penyebaran virus polio liar.
Keuntungan IPV
IPV bukan vaksin ‘hidup’, imunisasi dengan IPV tidak mempunyai risiko terhadap vaccine associated polio paralysis.
Kerugian IPV
IPV menimbulkan sedikit imunitas pada saluran pencernaan. Ketika seseorang diimunisasi dengan IPV kemudian terinfeksi oleh virus polio liar, virus dapat tetap bermultiplikasi di dalam saluran pencernaan dan disebarkan melalui feses. Oleh karena itu, vaksin OPV yang dipilih ketika KLB polio perlu dikendalikan, bahkan di negara-negara yang menggunakan IPV untuk program imunisasi polio rutin.
Kerugian lain dari IPV adalah harga vaksin lebih mahal perlunya tenaga terlatih untuk menyuntikkan vaksin.
Jadwal Imunisasi
Vaksin polio oral diberikan kepada semua bayi baru lahir sebagai dosis awal, satu dosis sebanyak 2 tetes (0,1 mL). Kemudian dilanjutkan dengan imunisasi dasar OPV atau IPV mulai umur 2-3 bulan yang diberikan tiga dosis berturut-turut dengan interval waktu 6-8 minggu. Kemudian boster pada usia 18 bulan. Imunisasi dapat diberikan bersama-sama waktunya dengan suntikan vaksin DPT dan Hib. Pemberian setelah dua dosis OPV , memberikan serokonversi sebesar 90-93% untuk tipe 1, 99-100% untuk tipe 2, sebanyak 76-98% untuk tipe 3, dan setelah pemberian tiga dosis serokonversinya hampir mencapai 100% untuk ketiga tipe.

http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=2231

ARTIKEL POLIOMYELITIS
Artikel 1
1. Polio: Tidak Hanya Menyerang Kaki Anda
Pernando Gazali, dr.
17 Juli 2007

Akhir-akhir ini kita sering mendengar berita tentang kembali merebaknya polio di Indonesia. Bahkan 5 Mei 2005 dilaporkan terjadi ledakan infeksi polio di Sukabumi. Perlukah kita mewaspadainya?
Poliomyelitis atau polio, adalah penyakit virusyang menyebabkan paralisis atau lumpuh. Penyebab penyakit ini adalah sebuah virus yang dinamakan Poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut lalu menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang terjadi kelumpuhan (paralisis). Virus polio sering menyerang tanpa gejala, merusak sistem saraf menimbulkan kelumpuhan permanen, biasanya pada kaki. Sejumlah besar penderita meninggal karena tidak dapat menggerakkan otot pernapasan.

Apakah polio itu?
Polio adalah penyakit yang menular melalui kontak antarmanusia. Virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi kotoran yang mengandung virus polio. Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri atas 3 strain berbeda dan sangat menular. Virus akan menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapat terjadi dalam hitungan jam. Polio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasus terjadi pada anak berusia antara 3-5 tahun. Masa inkubasi polio dari gejala pertama berkisar dari 3-35 hari.
Polio dapat menyebar luas diam-diam karena sebagian besar penderita yang terinfeksi poliovirus tidak memiliki gejala sehingga tidak tahu kalau mereka sendiri sedang terjangkit. Setelah seseorang terkena infeksi, virus akan keluar melalui kotoran selama beberapa minggu dan saat itulah dapat terjadi penularan virus.

Jenis Polio:
Polio non-paralisis
Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung. Otot terasa lembek jika disentuh.
Polio Paralisis
Kurang dari 1 persen orang yang terinfeksi virus polio berkembang menjadi polio paralisis atau menderita kelumpuhan. Polio paralisis dimulai dengan demam. Lima sampai tujuh hari berikutnya akan muncul gejala dan tanda-tanda lain, seperti:
a. Sakit kepala
b. Kram otot leher dan punggung
c. Sembelit/konstipasi
d. Sensitif terhadap rasa raba
Polio paralisis dikelompokkan sesuai dengan lokasi terinfeksinya, yaitu:
1. Polio Spinal
Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai. Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah poliovirus menyerang usus, virus ini akan diserap oleh kapiler darah pada dinding usus dan diangkut ke seluruh tubuh. Poliovirus menyerang saraf tulang belakang dan motorneuron yang mengontrol gerak fisik. Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi ini akan mempengaruhi sistem saraf pusat dan menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring dengan berkembangbiaknya virus dalam sistem saraf pusat, virus akan menghancurkan motorneuron. Motorneuron tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas. Kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem saraf pusat dapat menyebabkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada dada dan perut, disebut quadriplegia. Anak-anak dibawah umur 5 tahun biasanya akan menderita kelumpuhan 1 tungkai, sedangkan jika terkena orang dewasa, lebih sering kelumpuhan terjadi pada kedua lengan dan tungkai.

2. Bulbar polio
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut terserang. Batang otak mengandung motorneuron yang mengatur pernapasan dan saraf otak, yang mengirim sinyal ke berbagai otot yang mengontrol pergerakan bola mata; saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka; saraf auditori yang mengatur pendengaran ; saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan dan berbagai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru , dan saraf tambahan yang mengatur pergerakan leher.
Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian. Lima hingga sepuluh persen penderita yang menderita polio bulbar akan meninggal ketika otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah terjadi kerusakan pada saraf otak yang bertugas mengirim ‘perintah bernapas’ ke paru-paru. Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada fungsi penelanan; korban dapat ‘tenggelam’ dalam sekresinya sendiri kecuali dilakukan penyedotan atau diberi perlakuan trakeostomi untuk menyedot cairan yang disekresikan sebelum masuk ke dalam paru-paru. Namun trakesotomi juga sulit dilakukan apabila penderita telah menggunakan ‘paru-paru besi’ (iron lung). Alat ini membantu paru-paru yang lemah dengan cara menambah dan mengurangi tekanan udara di dalam tabung. Kalau tekanan udara ditambah, paru-paru akan mengempis, kalau tekanan udara dikurangi, paru-paru akan mengembang. Dengan demikian udara terpompa keluar masuk paru-paru. Infeksi yang jauh lebih parah pada otak dapat menyebabkan koma dan kematian.
Tingkat kematian karena polio bulbar berkisar 25-75% tergantung usia penderita. Hingga saat ini, mereka yang bertahan hidup dari polio jenis ini harus hidup dengan paru-paru besi atau alat bantu pernapasan. Polio bulbar dan spinal sering menyerang bersamaan dan merupakan sub kelas dari polio paralisis. Polio paralisis tidak bersifat permanen. Penderita yang sembuh dapat memiliki fungsi tubuh yang mendekati normal.

Bagaimana dengan anak-anak ?
Anak-anak kecil yang terkena polio seringkali hanya mengalami gejala ringan dan menjadi kebal terhadap polio. Maka dari itu, penduduk di daerah yang memiliki sanitasi baik justru menjadi lebih rentan terhadap polio karena tidak menderita polio ketika masih kecil. Vaksinasi pada saat balita akan sangat membantu pencegahan polio di masa depan karena polio menjadi lebih berbahaya jika diderita oleh orang dewasa. Orang yang telah menderita polio bukan tidak mungkin akan mengalami gejala tambahan di masa depan seperti layuh otot; gejala ini disebut sindrom post-polio.

Faktor Resiko
Anda beresiko tinggi terkena polio jika Anda jika Anda belum diimunisasi polio. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko terinfeksi polio:
a. Bepergian ke daerah yang endemik polio atau baru saja terjadi KLB polio
b. Tinggal dengan orang yang terkena virus polio
c. Kontak dengan orang yang baru saja divaksinasi polio jika Anda tidak divaksinasi
d. Bersentuhan dengan spesimen laboratorium yang mengandung virus polio
e. Menderita penurunan sistem imun, seperti pada HIV
f. Trauma pada mulut, hidung, operasi gigi, atau tonsil
g. Aktivitas fisik dan stress ekstrim yang bisa menyebabkan turunnya sistem imun.
Bagaimana mencegahnya ?
Walaupun sanitasi umum dan kebersihan individual baik dapat menurunkan resiko penyebaran polio, namun hal yang paling efektif untuk mencegah terinfeksi polio adalah dengan divaksinasi.
Ada 2 jenis vaksin polio, yaitu:
1. Vaksin polio oral. Ditemukan oleh Albert Sabin. Berisi virus polio hidup yang telah dilemahkan. Vaksin ini diberikan ke dalam mulut
2. Vaksin polio yang tidak aktif. Dikembangkan oleh Jonas Salk. Mengandung virus polio yang telah dimatikan. Pemberiannya dengan cara disuntikkan.

Artikel 2
2. Fakta Wabah POLIO
Polio masih menghantui benak para orang tua di Indonesia. Hal ini akibat kelumpuhan yang diderita anak bila terserang penyakit ini. Bahkan bisa menimbulkan kematian. Nah, pastikan keingintahuan Anda tersebut dengan sederet fakta yang diungkap berikut ini.

Apakah polio itu?
Poliomyelitis (polio) adalah penyakit yang sangat menular, yang diakibatkan oleh virus polio. Penyakit ini menyerang sistim syaraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan atau bahkan kematian dalam hitungan beberapa jam.

Cara penularan polio
Virus polio (secara ilmiah dikenal sebagai virus polio liar -WPV) memasuki tubuh melalui mulut, dalam air atau makanan yang telah terkontaminasi tinja dari orang yang sudah terjangkit polio. Virus tersebut berkembang biak di dalam usus dan dikeluarkan oleh orang yang terjangkit melalui tinjanya, yang kemudian dapat meneruskan virus itu kepada orang-orang lain.

Gejala polio?
a. Demam
b. Rasa lelah
c. Muntah-muntah
d. Rasa kaku pada leher
e. Rasa sakit pada kaki atau tangan.
Yang berisiko terjangkit polio. Polio terutama menyerang anak-anak berusia di bawah lima tahun (balita). Akibat penyakit polio. Satu dari 200 orang yang terjangkit polio akhirnya mengalami kelumpuhan yang tidak dapat disembuhkan (biasanya pada kakinya). Diantara yang lumpuh itu, 5-10% meninggal dunia ketika otot-otot pernapasannya dilumpuhkan oleh virus tersebut.

Apakah polio dapat disembuhkan?
Tidak, polio tidak dapat disembuhkan! Polio hanya dapat dicegah dengan imunisasi. Terdapat suatu vaksin yang aman dan efektif, yakni vaksin polio oral (OPV). OPV adalah perlindungan yang sangat penting terhadap polio bagi anak-anak. Diberikan berulang kali, vaksin ini melindungi seorang anak seumur hidup.
Mengapa polio kembali ke Indonesia?
Indonesia pernah bebas polio selama 10 tahun sebelum kembali terjangkit oleh suatu virus yang dibawa masuk dari luar negeri ke tanah air. Analisa atas virus tersebut membuktikan bahwa virus negara yang bebas polio lainnya juga telah terjangkiti oleh wabah ini, termasuk Yaman dan Arab Saudi. Kita tidak mengetahui kapan persisnya virus tersebut tiba di Indonesia, tetapi jenisnya sangat mirip dengan virus-virus polio yang ditemukan di Sudan dan Arab Saudi.tersebut berasal Afrika Barat, di mana wabah polio telah menyebarkannya ke negara-negara yang bebas polio.
Lima belas Mengapa polio merebak di Indonesia?
Polio merebak di Indonesia melalui anak-anak yang belum diimunisasi. Angka rata-rata dari cakupan imunisasi rutin di Indonesia adalah 70 persen, yang mengakibatkan sejumlah besar anak-anak tidak terlindungi dari penyakit ini. Pada kenyataannya, angka cakupan imunisasi rutin terus menurun secara perlahan tapi pasti, selama beberapa tahun terakhir.
Terdapat beberapa daerah di tanah air yang angka imunitasnya bahkan lebih rendah lagi, yakni masyarakat yang paling miskin dan terpinggirkan. Karena penyakit polio kebanyakan tidak menunjukkan gejala-gejala apapun, sangatlah mudah bagi penyakit tersebut untuk beredar dari satu tempat ke tempat lainnya secara diam-diam melalui tubuh para penderitanya yang tidak menyadari jika dirinya telah terjangkit. Kenyataan ini menunjukkan pentingnya untuk menjaga angka cakupan imunisasi rutin, sebagai pertahanan nasional yang paling ampuh terhadap penyakit menular ini.

ARTIKEL POLIOMYELITIS
Artikel 1
1. POLIOMYELITIS
Poliomielitis merupakan infeksi dari virus jenis enteroviral yang dapat bermanifestasi dalam 4 bentuk yaitu, infeksi yang tidak jelas, menetap, nonparalitik, dan paralitik. Sebelum abad 19 polimielitis menyebar secara mendunia, dan pada puncaknya tahun 1950. dengan ditemukannya vaksin menurunkan angka kejadian ini hingga serendah-rendahnya.

PATOFISIOLOGI
Poliovirus merupakan RNA virus yang di transmisikan memalalui rute oral-fekal, melalui konsumsi dari air yang terkontaminasi feses (kotoran manusia). Terdapat tiga jenis yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Masa inkubasi membutuhkan waktu 5 – 35 hari. Apabila virus masnuk kedalam tubuh melalui jalur makan, akan menetap dan berkembang biak di kelenjar getah bening nasofaring atau usus, dan kemudian menyebar melalui darah ke seluruh tubuh. Setelah virus masuk kedalam jaringan tubuh, virus akan mengeluarkan neurotropik yang akan merusak akhiran saraf pada otot, yang menyebabkan kelumpuhan dari organ gerak bahkan sampai otot mata.
FREKUENSI
Di Amerika Serikat tidak lagi dilaporkan adanya insidensi ini sejak tahun 1979, karena program imunisasi yang terencana dengan baik. Secara dunia insidensi sudah menurun lebih dari 99% sejak 1988. Di benua Eropa tidak terdapat suatu infeksi dalam jumlah yang besar sejak 1991. Infeksi masih didapatkan di negara-negara berkembang seperti Asia dan Afrika, sehingga program dunia untuk pemberantasan polio berpusat di benua tersebut terutama India, Pakistan, Afganistan, dan Nigeria.
Antara pria dan wanita memiliki angka insidensi yang sama. Berdasarkan usia, insidensi polio paling sering terjadi pada anak-anak, tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi pada setiap usia. Insidensi polio meningkat pula di kalangan penderita gangguan sistem pertahan tubuh (HIV).

MORTALITAS DAN MORBIDITAS
Angka kematian terjadi pada penderita yang berhubungan dengan adanya kelumpuhan otot, yang terus berkembang hingga terjadi kelumpuhan otot pernafasan. Walaupun 90 – 95 % kasus polio bersifat tidak bergejala, tetapi masih ada 5 – 10 % yang menimbulkan keluhan.

GEJALA KLINIS
Berdasarkan keluhan awal penderita akan mengeluh seperti adanya infeksi ringan seperti akibat flu, atau batuk. Pada kasus infeksi yang tidak jelas, keluhan disertai dengan adanay mual, muntah, nyeri perut, yang berlangsung selama kurang dari 5 hari, dan berkembang menjadi iritasi dari selaput otak. Pada paralitik osteomyelitis keluhan akan terus berkembang dari kelemahan anggota gerak sampai gangguan pernafasan. Penderita yang telah sembuh dari polio akan menimbulkan gejala sindroma postpolio berupa kelemahan dan ketidak seimbangan pada anggota gerak yang terinfeksi sebelumnya. Keluhan ini timbul dalam rentang waktu 20 – 40 tahun.

PEMERIKSAAN KLINIS
Pada kasus ringan akan ditemukan gejala berupa :
a. Demam
b. Sakit kepala
c. Mual
d. Muntah
e. Nyeri perut
f. Peradangan tenggorokan

Pada kasus nonparalisis akan ditemukan gejala :
a. Kaku kuduk
b. Sakit kepala yang hebat
c. Nyeri di bagian belakang anggota gerak bawah
d. Peradangan selaput otak

Pada kasus paralisis akan ditemukan gejala :
a. Gangguan pada saraf-saraf otot pada lokasi tertentu atau menyebar
b. Gangguan fungsi otot yang tidak simetris (berbeda antara kiri-kanan)
c. Pengecilan ukuran otot (beberapa minggu)
d. Kesembuhan dapat total, sebagian atau tidak

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pada pasien dengan kecurigaan suatu polio dapat dilakukan pemeriksaan spesimen dari cairan cerbrospinal, feses dan lendir mukosa tenggorokan dan dilakukan kultur dari virus. Dari pemeriksaan darah dapat dilakukan pemeriksaan antibodi immunoglobulin G (IgG) akan didapatkan peningkatan hingga 4 kali angka normal. Pemeriksaan pada saat fase akut dapat dilakukan dengan pemeriksaan antibodi immunoglobulin M (IgM) yang akan didapatkan hasil yang positif.

PENCEGAHAN
Vaksin polio dibagi menjadi dua yaitu inactivated polio virus (IPV) yang diberikan secara suntikan dan attenuated polio virus (OPV) yang diberikan tetesan dibawah lidah.
IPV merupakan vaksin yang pertama tersedia secara menyeluruh pada tahun 1950an. Kelebihan dari IPV adalah berisi virus yang lemah, sehingga tidak berhubungan dengan kejadian poliomielitis akibat pemberian vaksin. Formulasi yang lebih baik adalah enhanced inactivated poliovirus vaccine (eIPV). Vaksin ini diberikan pada usia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 – 12 bulan dan sebelum masuk sekolah (usia 4 tahun).
Pemberian OPV terutama sejak tahun 1960an. Immunisasi dengan cara ini menyebabkan penurunan yang signifikan pada kasus-kasus poliomielitis di dunia. Pemberian secara oral memberikan kelebihan dengan adanya pertahana tubuh terhadap virus tersebut di mukosa saluran nafas dan pencernaan. Kerugian OPV adalah dapat menyebabkan vaccine-associated paralytic poliomyelitis (VAPP). Pemberian vaksin ini diberikan pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan dan pemberian booster setiap 4 tahun. Varian OPV baru berupa monovalent oral poliovirus type 1 vaccine (mOPV1) diperkenalkan pertama kali di India pada bulan April 2005. Dari penelitan didapatkan bahwa varian baru ini 3 kali lebih efektif dan jauh lebih sedikit angka efek samping dibandingkan pemberian OPV pertama, sehingga menjadi rekomendasi internasional untuk menghilangkan poliovirus.
PENATALAKSANAAN
Tidak ada obat antivirus yang efektif untuk poliovirus, sehingga terapi yang utama adalah mengurangi keluhan (suportif). Antinyeri diberikan untuk keluhan nyeri kepala. Penggunaan ventilator dilakukan pada pasien dengan gangguan otot pernafasan, dan apabila diperkirakan penggunaan ventilator akan berlangsung lama dapat dilakukan tracheostomy. Terapi rehabilitasi dilakukan pada pasien dengan paralisis otot dan adanya luka akibat tekanan (dekubitus). Pemberian pencahar diperlukan karena mobilisasi yang kurang sehingga pencernaan akan terjadi gangguan dan juga pemberian diit lunak dan tinggi serat.
Terapi bedah berupa penggabungan sendi panggul diperlukan pada pasien dengan efek samping gangguan bentuk atau pengeroposan dari sendi panggul.

http://dinkes.tasikmalayakota.go.id

Artikel 2
1. Vaksinasi Senjata Ampuh Lawan Polio
Walau sempat hilang dari Indonesia, wabah polio kembali merebak. Langkah pencegahan yang perlu diambil orang tua adalah memberi vaksinasi. Pekan Imunisasi Nasional Polio adalah salah satu cara pemerintah untuk melindungi anak-anak Indonesia terhadap polio. Beberapa kali diadakan, Anda dapat mengikutsertakan anak Anda yang berusia bayi hingga balita.
Pemerintah Indonesia terus menggelar Pekan Imunisasi Nasional (PIN) untuk memberikan imunisasi kepada semua anak balita dengan vaksin polio oral. Beberapa badan internasional dan dalam negeri, ikut membantu pemerintah merencanakan dan menyelenggarakan upaya-upaya imunisasi, termasuk UNICEF, WHO, USAID dan Rotary International. Penekanan utama adalah menjangkau anak-anak yang paling miskin dan terpinggirkan. Mereka adalah yang paling tidak berdaya dan kecil kemungkinannya telah mendapatkan imunisasi.
Pekan Imunisasi Nasional (PIN) merupakan dua hari terpisah yang dicanangkan untuk memberikan imunisasi terhadap polio kepada semua anak-anak balita, dengan menggunakan vaksin polio oral. Adalah sangat penting bagi para orang tua untuk membawa setiap anak balita ke pos-pos kesehatan (posyandu) untuk memastikan anak-anaknya mendapatkan perlindungan terhadap polio selama PIN berlangsung.
Sementara Sub Pekan Imunisasi Nasional (Sub PIN) adalah hari-hari dimana beberapa propinsi memberikan imunisasi polio kepada anak-anak. Contoh dari Sub PIN adalah kedua putaran imunisasi yang diselenggarakan pada bulan Mei dan Juni lalu di Propinsi Banten, Jawa dan Jakarta.
Kampanye ini akan terus diadakan selama polio masih menjadi ancaman di Indonesia. Karena jika PIN tidak menjangkau setiap anak sebelum musim hujan datang, polio akan menyebar lebih cepat dan menyerang lebih banyak anak. Musim hujan merupakan musim yang berbahaya selama epidemik polio ada. Virusnya dapat menyebar sampai keluar Indonesia dan menimbulkan kecacatan pada anak-anak yang berada di Negara Tetangga.
Setiap anak harus mendapatkan OPV (Oral Polio Vaksin) pada masa kampanye anti polio dan imunisasi rutin. OPV ini aman, efektif, dan setiap dosis tambahan berarti perlindungan tambahan terhadap polio bagi si anak. Diperlukan dosis OPV berulang untuk mencapai kekebalan penuh terhadap polio. Jika anak pernah mendapatkan vaksin tersebut sebelumnya, maka dosis tambahan yang diberikan pada masa Pekan Imunisasi Nasional atau Sub Pekan Imunisasi Nasional (PIN/Sub PIN) akan memberikan imunitas tambahan yang sangat berarti terhadap polio.

Artikel 3
2. 78 persen anak Pakistan yang diberikan vaksin polio, terinfeksi virus polio
ISLAMABAD (arrahmah.com) – Pada tahun terakhir, saat Pakistan telah kehilangan dukungan dari AS dan UNICEF, virus polio telah melumpuhkan pemuda Pakistan dan angkanya terus meningkat, menciptakan keraguan tentang niat baik mereka untuk memerangi polio. Keadaan menjadi semakin memburuk, saat sebagian besar kasus baru terjadi pada anak-anak yang sudah divaksinasi. Apakah AS mencoba memerangi Pakistan dengan dosis inokulasi yang telah dicemari?
Data medis menunjukkan bahwa vaksin telah berubah terkait keberhasilan terhadap penyakit. Tahun lalu, ada 136 kasus remaja yang terinfeksi dan 107 di antaranya telah diberikan beberapa vaksin polio. Angka-angka ini yang terbesar di Polio Global Eradication Initiative sejak tahun 2006, meskipun pengobatan berat telah dilakukan di daerah yang paling terkena dampak, Punjab Selatan dan Administrasi Federal Daerah Kesukuan (FATA).
Bahkan provinsi-provinsi yang terbilang damai juga menderita. Seperti dilaporkan harian Pakistan Daily Times, di mana 10 kasus polio terjadi di provinsi sindh dalam empat bulan pertama di tahun ini. Artikel ini tidak mencatat seluruh kasus, mengutip nama anak dan jumlah vaksin yang telah diterima mereka sebelum timbul virus polio : “Muhammad Asif, usia 40 bulan dengan seluruh anggota tubuhnya terkena, diberikan vaksin oral anti-polio (OPV) empat kali. Ameera, usia tiga setengah tahun, memiliki salah satu lengan dan kaki yang lumpuh, Ameera merupakan kasus pertama yang dikonfirmasikan selama tahun berjalan.”
Penduduk Pakistan mulai curiga adanya permainan kotor. Dr. Mazhar Khamisani, manajer Departemen Kesehatan di Sindh telah mencatat bahwa ia telah melihat orang tua Pakistan mulai menolak pengobatan dan melakukannya berkali-kali. Dan bagaimana mungkin, kami, ketika dihadapkan dengan fakta-fakta, meminta mereka untuk melakukan sebaliknya? Ungkap Dr. Mazhar.
Jenis vaksin polio yang diberikan mungkin dapat menjadi penyebab signifikan dari masalah. Ada dua jenis utama vaksin polio, Inactivated Polio Vaccine (IPV) dan Oral Polio Vaccine (OPV). Yang pertama menggunakan sel-sel mati dari polio. IPV dikembangkan oleh Jonas Salk sebelum disebarkan di seluruh Amerika Serikat pada 1950-an, untuk memadamkan wabah yang kemudian menginfeksi sekitar 22.000 anak Amerika setiap tahunnya. Dalam waktu 20 tahun, polio terlupakan di Amerika.
Namun, PGEI memilih untuk menggunakan jenis kedua, OPV. OPV dikembangkan oleh Albert Sabin dan menjalankan virus tersebut pada sejumlah hewan dalam rangka melemahkan strain daripada membunuhnya. Strain yang melemah kemudian disuntikkan ke anak yang sistem kekebalan tubuhnya cukup kuat untuk mengalahkan infeksi. Sangat mudah untuk melihat bagaimana perlakuan tersebut bisa menjadi bumerang, dalam kasus-kasus ketika strain belum cukup melemah untuk kontak manusia.
Terlepas dari kenyataan bahwa itu tidak disebarkan secara luas di AS, mungkin karena bahaya yang terkait dengan penggunaannya, OPV adalah vaksin pilihan di negara-negara seperti Pakistan, karena segera setelah divaksinasi, virus yang melehan dapat ditemukan dalam kotoran anak-anak. Imunitas dapat menyebar ke sumber air dan meningkatkan imunitas untuk porsi yang lebih besar dari populasi. Jadi, bahkan jika orang tua menolak pemberian OPV, anak-anak mereka masih bisa menerimanya secara tidak langsung melalui air minum.
Secara historis, telah terjadi kasus wabah saat strain yang melemah menjadi cukup kuat untuk menginfeksi daripada mengimunisasi. Dalam kasus ini, OPV biasanya digantikan dengan IPV karena tidak lagi dianggap aman. Namun OPV masih merupakan vaksin pilihan di Pakistan, bahkan saat kasus terus meningkat, mengapa? Salah satu penjelasan adalah bahwa peneliti belum mengumpulkan cukup data untuk mengatakan dengan pasti apakah vaksin yang menyebabkan wabah. Tapi berapa lama lagi ini akan berlangsung?
Hal ini juga masuk akal bahwa vaksi ini tidak ditangani dengan baik. Jika temperatur yang diperlukan tidak diperbaharui, vaksin yang diberikan tidka efektif sepenuhnya. Tapi tentunya, praktisi medis akan tahu jika vaksin mereka berpotensi terganggu.
Sayangnya, kedua kemungkinan ini menunjukkan beberapa jenis kelalaian. Entah dokter penyelenggara perawatan menyadari bahwa vaksin mereka mungkin tidak memiliki kapasitan untuk mengimunisasi pasien mereka, atau orang-orang yang bertanggung jawab sengaja menyebarkan vaksin berbahaya.
PGEI menerima sebagian besar pendanaan melalui UNICEF dan Amerika Serikat yang keduanya mulai melihat Pakistan sebagai musuh, bukan teman. Apakah hubungan politik akan mengalir turun ke praktisi medis yang seharusnya memerangi penyakit, bukan negara?
Sumber : Naturalnews.com, diterjemahkan oleh Hanin Mazaya

Tinggalkan komentar »

poliomyelitis

BAB II

Riwayat Alamiah Penyakit Poliomyelitis

 

  1. A.    Fase Rentan

Fase rentan adalah tahap berlangsungnya proses etiologi, dimana faktor ”penyebab pertama” untuk pertama  kalinya bertemu dengan penjamu.  Faktor penyebab utama yang disini adalah faktor risiko. Faktor risiko adalah faktor yang kehadirannya meningkatkan probabilitas kejadian penyakit sebelum fase ireversibilitas. Suatu faktor yang mempunyai hubungan kausal dapat dikatakan faktor risiko, meski hubungan itu tidak langsung atau belum diketahui mekanismenya. 

Seseorang yang tinggal bersama dengan penderita poliomyelitis akan rentan tertular penyakit tersebut karena penyakit ini menular melalui kontak antar manusia baik makanan atau minuman yang terkontaminasi virus,maupun air liur penderita.

 

  1. B.     Fase Presimtomatis

Fase pre simtomatis adalah tahap berlangsungnya proses perubahan patologis yang diakhiri dengan keadaan ireversibel yaitu manifestasi penyakit tak dapat dihindari lagi.

Seseorang yang telah mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi maka virus tersebut masuk ke dalam tubuh dan menginfeksi usus.

 

  1. C.    Fase Klinis

Fase klinis merupakan tahap dimana perubahan patologis pada organ telah cukup banyak, sehingga tanda dan gejala penyakit mulai dapat dideteksi. Disini telah terjadi manifestasi klinis penyakit.

  1. Masa Inkubasi

Masa inkubasi adalah waktu masuknya agen sampai timbulnya gejala.

Masa inkubasi polio dari gejala pertama berkisar dari 3 hingga 35 hari.

  1. Tahap penyakit dini

Dihitung dari munculnya gejala penyakit. Tahap ini pejamu sudah merasa sakit (masih ringan)namun penderita masih dapat melakukan aktifitas (tidak berobat).

Gejala yang timbul setelah virus berkembang melalui peredaran darah ke seluruh tubuh antara lain demam, muntah, sakit perut, lesu,  kram otot pada leher serta punggung, sulit buang air besar, nyeri pada kaki, tangan, kadang disertai diare.

  1. Tahap penyakit lanjut

Penyakit makin bertambah hebat. Penderita tidak dapat melakukan pekerjaan. Jika berobat umumnya telah memerlukan perawatan (bad rest).

Setelah virus berkembang ke seluruh tubuh dan sampai ke sistem syaraf pusat menyebabkan melemahnya otot serta terkadang mengakibatkan kelumpuhan.

 

  1. D.    Fase Terminal

Fase terminal merupakan tahap dimana mulai terlihat akibat dari penyakit: sembuh spontan, sembuh dengan terapi, kambuh, perubahan berat ringanya penyakit, cacat atau kematian.

Sebagian besar akibat penyakit ini sembuh dengan cacat atau kelumpuhan. Namun jika pada tahap penyakit dini segera dilakukan pengobatan secara intensif maka penderita dalam jangka waktu 2-10 hari dapat sembuh dengan sempurna.

 

 

BAB III

TINGKAT PENCEGAHAN PENYAKIT

 

  1. A.    Pencegahan primer

Pencegahan primer adalah upaya memodifikasi faktor risiko atau mencegah berkembangnya faktor risiko, sebelum dimulainya perubahan patologis, dilakukan pada tahap suseptibel dan  induksi penyakit, dengan tujuan mencegah atau menunda terjadinya kasus baru penyakit (AHA Task Force, 1998).

Pencegahan primer pada penyakit polio yaitu

  1. Melakukan cakupan imunisasi yang tinggi dan menyeluruh 
  2. Pekan Imunisasi Nasional yang telah dilakukan Depkes tahun 1995, 1996, dan 1997. Pemberian imunisasi polio yang sesuai dengan rekomendasi WHO adalah diberikan sejak lahir sebanyak 4 kali dengan interval 6-8 minggu. Kemudian diulang usia 1½ tahun, 5 tahun, dan usia 15 tahun
  3. Survailance Acute Flaccid Paralysis atau penemuan penderita yang dicurigai lumpuh layuh pada usia di bawah 15 tahun harus diperiksa tinjanya untuk memastikan karena polio atau bukan.
  4. Melakukan Mopping Up, artinya pemberian vaksinasi massal di daerah yang ditemukan penderita polio terhadap anak di bawah 5 tahun tanpa melihat status imunisasi polio sebelumnya.

 

  1. B.     Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder merupakan upaya pencegahan pada fase penyakit asimtomatis, tepatnya pada tahap preklinis, terhadap timbulnya gejala-gejala penyakit secara klinis melalui deteksi dini (early detection). Jika deteksi tidak dilakukan dini dan terapi tidak diberikan  segera maka akan terjadi gejala klinis yang merugikan. Deteksi dini penyakit sering disebut “skrining”. Skrining adalah identifikasi yang menduga adanya penyakit atau kecacatan yang belum diketahui dengan menerapkan suatu tes, pemeriksaan, atau prosedur lainnya, yang dapat dilakukan dengan cepat. Tes skrining memilah orang-orang yang tampaknya mengalami penyakit dari orangorang yang tampaknya tidak mengalami penyakit. Tes skrining tidak dimaksudkan sebagai diagnostik. Orang-orang yang ditemukan positif atau mencurigakan dirujuk ke dokter untuk penentuan diagnosis dan pemberian pengobatan yang diperlukan (Last, 2001).

Pencegahan sekunder pada penyakit polio : Pengobatan pada penyakit polio sampai sekarang belum ditemukan cara atau metode yang paling tepat. Sedangkan penggunaan vaksin yang ada hanya untuk mencegah dan mengurangi rasa sakit pada penderita.

 

  1. C.    Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier adalah upaya pencegahan progresi penyakit ke arah berbagai  akibat  penyakit  yang lebih buruk, dengan tujuan memperbaiki kualitas hidup pasien.  Pencegahan tersier biasanya dilakukan oleh para dokter dan sejumlah profesi kesehatan lainnya (misalnya, fisioterapis).

Pencegahan tersier pada penyakit polio : dilakukan dengan beristirahat dan menempatkan pasien ke tempat tidur, memungkinkan anggota badan yang terkena harus benar-benar nyaman. Jika organ pernapasan terkena, alat pernapasa terapi fisik mungkin diperlukan. Jika kelumpuhan atau kelemahan berhubung pernapasan diperlukan perawatan intensif.

 

 

BAB IV

PENUTUP

 

  1. A.    SIMPULAN

 

Polio atau poliomyelitis adalah penyakit yang menular melalui kontak manusia diakibatkan oleh virus poliomyelitis, penyakit ini menyerang sistem saraf dan menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian dalam hitungan beberapa jam. Ada 2 jenis polio yaitu polio non-paralisis dan polio paralisis. Gejala-gejala polio seperti: demam, rasa lelah, muntah-muntah, rasa kaku pada leher, rasa sakit pada kaki atau tangan. Yang beresiko terjangkit polio yang paling utama adalah anak-anak berusia di bawah 5 tahun.

Riwayat Alamiah Penyakit Polio

  1. Fase Rentan

Seseorang yang tinggal bersama dengan penderita poliomyelitis akan rentan tertular penyakit tersebut karena penyakit ini menular melalui kontak antar manusia baik makanan atau minuman yang terkontaminasi virus,maupun air liur penderita.

  1. Fase Presimptomatis

Seseorang yang telah mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi maka virus tersebut masuk ke dalam tubuh dan menginfeksi usus.

  1. Fase Klinis

1)      Inkubasi

Masa inkubasi polio dari gejala pertama berkisar dari 3 hingga 35 hari.

2)      Penyakit Dini

virus berkembang melalui peredaran darah ke seluruh tubuh antara lain demam, muntah, sakit perut, lesu,  kram otot pada leher serta punggung, sulit buang air besar, nyeri pada kaki, tangan, kadang disertai diare.

3)      Penyakit lanjut

Setelah virus berkembang ke seluruh tubuh dan sampai ke sistem syaraf pusat menyebabkan melemahnya otot serta terkadang mengakibatkan kelumpuhan.

 

 

  1. Fase Terminal

Sebagian besar akibat penyakit ini sembuh dengan cacat atau kelumpuhan. Namun jika pada tahap penyakit dini segera dilakukan pengobatan secara intensif maka penderita dalam jangka waktu 2-10 hari dapat sembuh dengan sempurna.

Pencegahan penyakit Polio

  1. Melakukan cakupan imunisasi yang tinggi dan menyeluruh 
  2. Melakukan Mopping Up
  3. Tes skrining memilah orang-orang yang tampaknya mengalami penyakit dari orang-orang yang tampaknya tidak mengalami penyakit.
  4. Beristirahat dan menempatkan pasien ke tempat tidur, memungkinkan anggota badan yang terkena harus benar-benar nyaman. Jika organ pernapasan terkena, alat pernapasa terapi fisik mungkin diperlukan. Jika kelumpuhan atau kelemahan berhubung pernapasan diperlukan perawatan intensif.

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan komentar »

contoh formulir klaim rawat jalan asuransi

formulir klaim rawat jalan asuransi bumiputera

formulir klaim rawat jalan asuransi allianz

formulir klaim rawat jalan asuransi winterthur

Tinggalkan komentar »

kepuasan pasien dalam pelayanan kesehatan

Dalam sebuah instansi pelayanan kesehatan misalnya Rumah Sakit, kepuasan pasien dalam menerima jasa yang diberikan sangatlah penting sekali untuk mengetahui sejauh Rumah Sakit tersebut di percaya atau dijadikan sebagai tempat untuk berobat ketika sakit. Memahami kebutuhan dan keinginan konsumen dalam hal ini pasien adalah hal penting yang mempengaruhi kepuasan pasien. Pasien yang puas merupakan aset yang sangat berharga karena apabila pasien puas mereka akan terus melakukan pemakaian terhadap jasa pilihannya, tetapi jika pasien merasa tidak puas mereka akan memberitahukan dua kali lebih hebat kepada orang lain tentang pengalaman buruknya. Untuk menciptakan kepuasan pasien suatu rumah sakit harus menciptakan dan mengelola suatu system untuk memperoleh pasien yang lebih banyak dan kemampuan untuk mempertahankan pasiennya. Untuk perbaikan atau kesempurnaan kepuasan dapat dilakukan dengan berbagai strategi oleh pihak Rumah Sakit untuk dapat merebut hati atau minat pasien terhadap pelayanan yang ada di Rumah Sakit.  Jika harapan atau kebutuhan sama dengan layanan yang diberikan maka konsumen akan merasa puas. Jika layanan yang diberikan pada konsumen kurang atau tidak sesuai dengan kebutuhan atau harapan konsumen maka konsumen menjadi tidak puas. Kepuasan konsumen merupakan perbandingan antara harapan yang dimiliki oleh konsumen dengan kenyataan yang diterima oleh konsumen pada saat mengkonsumsi produk atau jasa. Kepuasan pasien adalah perasaan senang, puas individu karena terpenuhinya harapan atau keinginan dalam menerima jasa pelayanan kesehatan.

Seorang konsumen akan merasa puas jika dalam setiap alur maupun tahap dalam pelayanan selalu merasa puas dan nyaman. Seorang pasien dapat memillih suatu instansi layanan masyarakat dapat dilihat dari beberapa hal, seperti :

1. Sarana prasarana

Jiks sebuah instansi memiliki sarana dan prasarana yang memadai kemungkinan untuk tingkat kepuasan akan tinggi, karena dengan memiliki sarana yang memadai kelengkapan fasilitas rumah sakit turut menentukan penilaian kepuasan pasien, misalnya fasilitas kesehatan baik sarana dan prasarana, tempat parkir, ruang tunggu yang nyaman dan ruang kamar rawat inap. Walaupun hal ini tidak vital menentukan penilaian kepuasan pasien, namun rumah sakit perlu memberikan perhatian pada fasilitas rumah sakit dalam penyusunan strategi untuk menarik konsumen.

2. Lokasi, meliputi letak rumah sakit, letak kamar dan lingkungannya. Merupakan salah satu aspek yang menentukan pertimbangan dalam memilih rumah sakit. Umumnya semakin dekat rumah sakit dengan pusat perkotaan atau yang mudah dijangkau, mudahnya transportasi dan lingkungan yang baik akan semakin menjadi pilihan bagi pasien yang membutuhkan rumah sakit tersebut.

3. Pelayanan, yaitu pelayanan keramahan petugas rumah sakit, kecepatan dalam pelayanan. Rumah sakit dianggap baik apabila dalam memberikan pelayanan lebih memperhatikan kebutuhan pasien maupun orang lain yang berkunjung di rumah sakit. kepuasan muncul dari kesan pertama masuk pasien terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan. Misalnya : pelayanan yang cepat, tanggap dan keramahan dalam memberikan pelayanan keperawatan.

4. Harga, yang termasuk didalamnya adalah harga produk atau jasa. Harga merupakan aspek penting, namun yang terpenting dalam penentuan kualitas guna mencapai kepuasan pasien. Meskipun demikian elemen ini mempengaruhi pasien dari segi biaya yang dikeluarkan, biasanya semakin mahal harga perawatan maka pasien mempunyai harapan yang lebih besar.

 

Untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien dalam sebuah instansi harus memperhatikan hal-hal yang bisa menarik atau minat pasien untuk berkunjung ke sebuah Rumah Sakit. Baik itu dari ruang tunggu yang nyaman atau tidak, keramahan petugas yang melayani, dan tenaga medis maupun non medis yang memeriksa ataupun merawat pasien.

Tinggalkan komentar »

Materi program WEB “PHP”

Syntax PHP

Kode PHP  disimpan sebagai plain text dalam format ASCII, sehingga kode PHP dapat ditulis hampir di semua editor text seperti windows notepad, windows wordpad, dll. Kode PHP adalah kode yang disertakan di sebuah halaman HTML dan kode tersebut dijalankan oleh server sebelum dikirim ke browser.

Contoh file PHP :

<html>

<?

Print (“Contoh text yang menggunakan kode PHP”);

?>

</html>

 

Pada file .html, HTTP server hanya melewatkan content dari file menuju ke browser. Server tidak mencoba untuk mengerti atau memproses file, karena itu adalah tugas sebuah browser. Pada file dengan ekstensi .php akan ditangani secara berbeda. Yang memiliki kode PHP akan diperiksa. Web server akan memulai bekerja apabila berada diluar lingkungan kode HTML. Oleh karena itu server akan melewati semua content yang berisi kode HTML, CSS, JavaScript, simple text di browser tanpa diinterpretasikan di server. Blok scripting PHP selalu diawali dengan <?php dan diakhiri dengan ?>. Blok scripting PHP dapat ditempatkan dimana saja di dalam dokumen. Pada beberapa server yang mendukung, blok scripting PHP dapat diawali dengan <? dan diakhiri dengan ?>. Namun, untuk kompatibilitas maksimum, sebaiknya menggunakan bentuk yang standar (<?php ?>). Setiap baris kode PHP harus diakhiri dengan semikolon (;). Semikolon ini merupakan  separator yang digunakan untuk membedakan satu instruksi dengan instruksi lainnya. PHP menggunakan // untuk membuat komentar baris tunggal atau /* dan */ untuk membuat suatu blok komentar.

Variabel PHP

Variabel digunakan untuk menyimpan suatu nilai, seperti text, angka atau array. Ketika sebuah variabel dibuat, variabel tersebut dapat dipakai berulang-ulang. Pada PHP semua variabel harus dimulai dengan karakter ‘$’. Variabel PHP tidak perlu dideklarasikan dan ditetapkan  jenis datanya sebelum kita menggunakan variabel tersebut. Hal itu berarti pula bahwa tipe data dari variabel dapat berubah sesuai dengan perubahan konteks yang dilakukan oleh user. Secara tipikal, variabel PHP cukup diinisialisasikan dengan memberikan nilai kepada variabel tersebut.

Contoh berikut akan mencetak “PHP” :

$text = “PHP”;

print “$text”;

 

Identifier dalam PHP adalah case-sensitive, sehingga $text dengan $Text merupakan variabel yang berbeda. Built-in function dan structure tidak case-sensitive, sehingga echo dengan ECHO akan mengerjakan perintah yang sama. Identifier dapat berupa sejumlah huruf, digit/angka, underscore, atau tanda dollar tetapi identifier tidak dapat dimulai dengan digit/angka.

Aturan Penamaan Variabel

  • Nama variabel harus diawali dengan sebuah huruf atau garis bawah (underscore) “_”
  • Nama variabel hanya boleh mengandung karakter alpha-numeric dan underscore (a-Z, 0-9, dan _ )
  • Nama variabel tidak boleh mengandung spasi.

String di PHP

Variabel string digunakan untuk nilai yang mengandung karakter string. Pada contoh berikut,  skript PHP memberikan string “Hello World” pada variabel string bernama $txt :

<?php

$txt=”Hello World”;

echo $txt;

?>

Keluaran kode tersebut adalah : Hello World

Hanya ada satu operator string di PHP. Concatenation operator (.). digunakan untuk menggabungkan dua string. Contoh :

<?php

$txt1=”Hello World”;

$txt2=”1234″;

echo $txt1 . ” ” . $txt2;

?>

Keluaran kode tersebut adalah : Hello World 1234

 

Logical Operator (Operator Logika)

Operator logika digunakan untuk mengkombinasikan kondisi, sehingga beberapa kondisi dapat dievaluasi atau diperiksa dalam sebuah ekspresi. Sebagai contoh logika AND akan bernilai true jika semua kondisi benar. Tabel berikut ini menunjukkan semua anggota dari operator logika :

Operator Contoh Bernilai benar jika :

Operator

Contoh

Bernilai benar jika :

AND / and $i && $j atau $i AND $j $i dan $j bernilai bernilai benar
OR / or $i || $j atau $i OR $ Salah satu atau kedua variabel bernilai bena
XOR $i XOR $ Salah satu variabel bernilai benar, tetapi tidak

keduanya benar

NOT !$ $i tidak bernilai bena

Contoh :

$i = 1;

$j = 2;

$k = 3;

if($i==1 && $j==2 && $k==3) print “akan tercetak”;

// akan mengeksekusi pernyataan print

 

if($i==1 OR $k==3) print “akan tercetak”;

// akan mengeksekusi pernyataan print

 

if($i==1 XOR $j==2) print “akan tercetak”;

// tidak mengeksekusi pernyataan print karena kedua variabel //bernilai benar

 

if !($i==1 && $k==3) print “akan tercetak”;

// tidak akan mengeksekusi pernyataan print

 

if (($i==1 && $k==3) XOR ($i==1 || $j=2) XOR ($i==1)) print “akan tercetak”;

// akan mengeksekusi pernyataan print

 

Control Structures di PHP

Skrip  PHP  terdiri dari rangkaian pernyataan.  Sebuah pernyataan dapat berupa  assignment,

pemanggilan fungsi,  sebuah  loop,  pernyataan kondisional atau bahkan pernyataan kosong.

Pernyataan biasanya diakhiri dengan semikolon. Sebagai tambahan, pernyataan-pernyataan

dapat dikelompokkan menjadi suatu kelompok pernyataan menggunakan kurung kurawal ( {} ). Sebuah kelompok pernyataan merupakan sebuah pernyataan juga.

1. IF

Syntax : if (expr) statement

Contoh :  – if ($a > $b) print “a is bigger than b”;

– Jika statemen lebih dari satu maka :

if ($a > $b)

{

print “a is bigger than b”;

$b = $a;

}

2. Else

if ($a > $b) {

print “a is bigger than b”;

} else {

print “a is NOT bigger than b”;

}

3. Elseif

if ($a > $b)

{

print “a is bigger than b”;

} elseif ($a == $b) {

print “a is equal to b”;

} else

{

print “a is smaller than b”;

}

4. Switch

Pernyataan switch mirip dengan rangkaian pernyataan IF dengan ekspresi yang sama.

Pernyataan switch digunakan untuk membandingkan variabel yang sama (atau ekspresi) dengan banyak nilai yang  berbeda, dan menjalankan kode-kode yang berbeda tergantung pada nilai mana variabel tersebut sama. Sangat penting untuk memahami bagaimana pernyataan switch dieksekusi agar terhindar dari kesalahan. Pernyataan switch dieksekusi per pernyataan. Di awal, tidak ada kode yang dieksekusi. Ketika pernyataan case sesuai dengan ekspresi pada switch, PHP mulai mengeksekusi pernyataan-pernyataan tersebut. PHP  terus mengeksekusi pernyataan-pernyataan tersebut hingga akhir blok switch, atau pada saat pertama kali bertemu pernyataan break. Jika tidak ada pernyataan break, PHP akan mengeksekusi pernyataan-pernyataan pada case berikutnya.

Contoh:

switch ($i)

{

case 0:

print “i equals 0”;

case 1:

print “i equals 1”;

case 2:

print “i equals 2”;

}

Pada pernyataan switch, kondisi (ekspresi) hanya diperiksa sekali dan hasilnya dibandingkan

dengan setiap pernyataan case.

5. While

Perulangan while merupakan perulangan yang paling sederhana di PHP. Bentuk dasar

pernyataan while adalah :

while (expr) statement

Pada while, PHP mengeksekusi pernyataan-pernyataan bersarang (nested statement(s)) berulang-ulang, selama ekspresi yang dievaluasi bernilai benar (TRUE). Nilai ekspresi tersebut diperiksa setiap saat di awal perulangan. Jika hasil evaluasi ekspresi adalah salah (FALSE) sejak awal, pernyataan-pernyataan bersarang tersebut tidak akan dijalankan meskipun sekali.

Contoh :

$i = 1;

while ($i <= 10)

{

print $i++;  /* the printed value would be

$i before the increment

(post-increment) */

}

6. Do … while

Perulangan do..while loops hamper sama dengan perulangan while, kecuali kebenaran ekspresi dicek di akhir iterasi. Perbedaan mendasar dari perulangan while adalah iterasi pertama pada do…while pasti akan dijalankan.

Contoh :

$i = 0;

Do

{

print $i;

} while ($i>0);

7. For

Syntax : for (expr1; expr2; expr3) statement

Ekspresi pertama (expr1) dievaluasi (dieksekusi) sekali di awal perulangan. Di awal setiap iterasi, expr2  dievaluasi.  Jika benar, perulangan dilanjutkan dan pernyataan-pernyataan bersarang dieksekusi.  Jika salah, perulangan dihentikan. Di akhir setiap iterasi,  expr3  dievaluasi (dieksekusi).

Contoh :

for ($i = 1; $i <= 10; $i++)

{

print $i;

}

 

Tinggalkan komentar »

Perbedaan Permenkes 749a/Menkes/Per /XII/1989 dengan Permenkes No.296/Menkes/Per/III/2008

A. Permenkes 749a/Menkes/Per /XII/1989

adapun isi dari permenkes No.749a/Menkes/Per /XII/1989, yaitu:

Pengertian Rekam Medis

Rekam Medis kesehatan adalah bekas catatan dan dokumen tentang  identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan.

Setiap srana pelayanan wajib memiliki Rekam Medisbaik rawat jalan mauun rawat inap.

Isi  Rekam Medis

Rawat  jalan:

1. Identitas

  • Anamnesis

3. diagnosis

4. tindakan pengobatan

                        Rawat Inap:

  1. Identitas pasien
  2. Anamnesis
  3. Riwayat penyakit
  4. Hasil pemeriksaan laboraturium
  5. Diagnosis
  6. Persetujuan tindakan medis
  7. Tindakan/pengobatan
  8. Catatan observasi
  9. Klinis dan hasil pengobatan
  10. Resume akhir dan evaluasi hasil pengobatan

Tata Cara Penyelenggaraan

Rekam Medis harus segera di buat dan di lengkapi seluruhnya setelah pasien menerima pelayanan.

Setiap pencatatan Rekam Medis harus dibubuhi nama dan tanda tangan petugas pelayanan kesehatan .

petugas sarana kesehatan bertanggung jawab atas:

  1. Hilangnya,rusaknya,atau pemalsuan Rekam Medis
  2. Penggunaan oleh orang/badan yang tidak berhak

Bila terjadi kesalahan dalam pengisian Rekam Medis

  1. Tidak boleh di di hapus dengan apapun
  2. Dicoret kemudian dibubuhi dengan tanda tangan

Penyimpanan, Pemusnahan Dan Kerahasian

Lama Penyimpanan

  1. Lama penyimpanan  Rekam Medis sekurang-kurang untuk jangaka waktu lima tahun terhitung  dari tanggal terakhir berobat.
  2. Lama penyimpanan Rekam Medis yang berkaitan dengan hal-hal yang bersiafat khusus dapat di tetapkan sendiri.

Setelah batas waktu dilampaui, rekam medis dapat di musnahkan maka rekam medis haruslah

  • diambil informasi utama
  • menyimpan berkas anak -anak hingga batas usia tertentu.

Rekam medis disimpan oleh petugas yang ditunjuk oleh pim[inan sarana kesehatan. Institusi kesehatan terebut.

Kepemilikan Dan Pemanfaatan

Bahwa berkas rekam medis itu merupakan milik sarana pelayanankese hatan, yang harus dsimpan sekurang-kurangnya untuk jangaka 5 tahun terhitung sejak tanggal terakhir pasien berobat. Untuk tujuan itulah disetiap intustusi  pelayanan keshatan , membentuk Unit Rekam Medis yang bertugas menylenggarakan proses pengelolaan serta enyimpanan Rekam medis di Pemaparan isi rekam medis hanya boleh dilakukan oleh dokter yang merawat pasien dengan ijin tertulis pasien .

 pimpinan sarana pelayanan kesehatan dapat memaparkan isi rekam medis tanpa seijin pasien berdasarkan peraaturan perundang-undang.

B. Permenkes No.296/Menkes/Per/III/2008

Adapun isi dari Permenkes No.296/Menkes/Per/III/2008, yaitu :

Jenis Rekam Medis

Rekam Medi8s harus dibuat secara tertulis, lengkap & jelas atau secara elektronik.

Isi Rekam Medis

1. Rawat Jalan:

  • Identitas pasien
  • Tanggal dan waktu
  • Hasil anamnesis
  • Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
  • Diagnosis
  • Rencana penatalaksanan
  • Pengobatan dan atau tindakan
  • Pelayanan yang telah diberikan kepada pasien
  • untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan adontogram klinik dan
  • Persetujuan tindakan bila perlu

2. Rawat inap

  • Identitas pasien
  • Tanggal dan waktu
  • Hasil anamnesis
  • Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
  • Diagnosis
  • Rencana penatalaksanan
  • Pengobatan dan atau tindakan
  • Persetujuan tindakan bila perlu
  • Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan
  • Ringkasan pulang
  • Nama dan tandatangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu  yan memberikan pelayanan kesehatan
  • untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan adontogram  klinik.

3. Gawat darurat

  • Identitas pasien
  • Kondisi  pasien saat tiba
  • Tanggal dan waktu
  • Hasil anamnesis
  • Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
  • Diagnosis
  • Pengobatan dan atau tindakan
  • Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalksn pelayanan unit gawat darurat dan rencana tindakan lanjut
  • Persetujuan tindakan bila perlu
  • Nama dan tandatangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu  yan memberikan pelayanan kesehatan
  • Sarana trasportasi yang digunakan bagi pasien yang akan dipindahkan ke pelayanan kesehatan lain
  • untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan adontogram  klinik
  • pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien

Rekam Medis harus segera di buat dan di lengkapi seluruhnya setelah pasien menerima pelayanan.

Setiap pencatatan Rekam Medis harus dibubuhi nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan  tertentu.

 Bila terjadi kesalahan dalam pengisian Rekam Medis

  1. Tidak boleh di di hapus dengan apapun
  2. Dicoret kemudian dibubuhi dengan tanda tangan
Tanggung  Jawab

Dokter , dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu bertanggung jawab atas catatan dan/ atau dokumen yang dibuat pada Rekam Medis.

 Penyimpanan , Pemusnahan dan kerahasiaan

Lama penyimpanan

Lama penyimpanan  Rekam Medis sekurang-kurang untuk jangaka waktu lima tahun terhitung  dari tanggal terakhir setelah batas waktu terlampaui, rekam medis dapat dimusnahkan kecuali ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik.

Ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik harus di simpan untuk jangka waktu 10 tahun terhitung dari tanggal dibuatnya ringkasan tersebut.

Rinngkasan pulang  dan ringkasan medik disimpan oleh petugas yang ditunjuk oleh pimpinan sarana kesehatan. Istitusi tersebut.

Kepemilikan dan Pemanfaatan

Bahwa berkas rekam medis itu merupakan nmilik sarana pelayanan kesehatan, isinya merupakan milik pasien.

Pemaparan isi rekam medis hanya boleh dilakukan oleh dokte yang merawat pasien dengan ijin tertulis pasien.

Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dapat memaparkan isi rekam medis  tampa seijin pasien berdasarkan peraturan undang-undang.

Rekam Medis dapat di pakai sebagai:

  1. Dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien
  2. Bahan bukti dalam perkara hukum
  3. Bahan untuk  keperluan penelitian  dan pendidikan
  4. Dasar pembiyayan biaya pelayanan kesehatan
  5. Bahan untuk menyimpan statistik kesehatan

Pengorganisasian

Pengolahan rekam medis  dilaksanakan sesuai dengan organisasi dan tata keja sarana pelayanan kesehatan.

ANALISA

Tujuan

P ermenkes 749a/Menkes/Per /XII/1989  dalam pertimbangan nya menyebutkan bahwa peningkatan mutu pelayanan kesehatan harus disertai adanya sarana penunjang  yang memadai antara lain memulai penyelenggaraan rekam medis pada setiap sarana pelayanan kesehatan .

Dapat dipahami bahwa dibuatnya permenkes 749a ditinjau agar setiap sarana pelayanan  kesehatan memiliki rekam medis dimana tata cara penyelenggaraan  telah diatur di pasal-pasalnya.

Permenkes 749a/Menkes/Per /XII/1989merupakan peraturan pertama yang  mengaturtentang rekam medis .

Sedangkan Permenkes No.296/Menkes/Per/III/2008 menyebutkan bahwa perlu adanya pengaturan kembali penyelenggaraan rekam medis dengan peraturan mentri kesehatann.

Permenkes No.296/Menkes/Per/III/2008 bertujuan untuk merombak kembali semua peraturan  tertuang  dalam Permenkes 749a/Menkes/Per /XII/1989  dan sebagai pengganti/penympurnaan dari  Permenkes 749a/Menkes/Per /XII/1989.

 Isi

permenkes No.296/Menkes/Per/III/2008 dari segi isinya mencantumkan peraturan-peraturan yang lebih lengkap , rinci dan jelas mengenai rekam medis.

Salah satunya, pasal mengenai isi rekam medis, Permenkes 749a/Menkes/Per /XII/1989  memuat isi rekam medis untuk rawat jalan rawat inap, rawat jalan. Sedangkan  Permenkes No.296/Menkes/Per/III/2008 memuat isi rekam medis untuk pasien rawat inap dan rawat darurat.

Kemudian unsur-unsur yang terdapat dalam berkas rekam medis itu pun berbeda .Permenkes 749a/Menkes/Per /XII/1989  pasal 15 tentang isi rekam medis untuk pasien rawat jalan yaitu identitas,anamnesis,diagnosis,tindakan/pengobatan. Sedangkan Permenkes No.296/Menkes/Per/III/2008 pasal 3 ayat 1 memuat isi rekam medis untuk pasien rawat jalan yang lebih lengkap.

Jadi bisa di simpulkan Permenkes No.296/Menkes/Per/III/2008 lebih rinci, dan lengkap dalam mencantumkan peraturan-peraturan tentang  REKAM MEDIS, dibandingkan dengan 749a/Menkes/Per /XII/1989.

Tinggalkan komentar »

nama-nama gelar dokter spesialis & subspesialis

Dokter spesialis adalah dokter yang mengkhususkan diri dalam suatu bidang ilmu kedokteran tertentu. Seorang dokter harus menjalani pendidikan profesi dokter pasca sarjana(spesialisi) untuk dapat menjadi dokter spesialis. Pendidikan dokter spesialis merupakan program pendidikan profesi lanjutan dari program pendidikan dokter setelah dokter menyelesaikan wajib kerja sarjananya dan atau langsung setelah menyelesaikan pendidikan dokter umum.

Pendidikan Dokter Spesialis di Indonesia

Pendidikan dokter spesialis di Indonesia dinamakan Program Pendidikan Dokter Spesialis atau PPDS yaitu program pendidikan untuk melatih seorang dokter umum untuk menjadi dokter spesialis tertentu. Lama pendidikan ini bervariasi rata-rata 8 semester. Program ini baru dilakukan oleh beberapa fakultas kedokteran di universitas negeri yang bekerja sama dengan rumah sakit pendidikan. Dokter umum yang melanjutkan pendidikan sebagai dokter spesialis disebut residen.

Di bawah ini adalah gelar-gelar dokter spesialis dan lama pendidikannya di Indonesia:

*      Sp.A – Spesialis Anak (8 Semester)

*      Sp.An – Spesialis Anestesiologi dan Reanimasi (7 Semester)

*      Sp.And – Spesialis Andrologi (6 Semester)

*      Sp.B – Spesialis Bedah (10 Semester)

*      Sp.BA – Spesialis Bedah Anak (10 Semester)

*      Sp.BM – Spesialis Bedah Mulut dan Maksilofasial (dokter gigi)

*      Sp.BTKV – Spesialis Bedah Toraks Kardiovaskuler (10 Semester)

*      Sp.BP – Spesialis Bedah Plastik (10 Semester)

*      Sp.BS – Spesialis Bedah Saraf (11 Semester)

*      Sp.EM – Spesialis Kedaruratan Medik (8 Semester)

*      Sp.F – Spesialis Kedokteran Forensik (6 Semester)

*      Sp.FK – Spesialis Farmakologi Klinik (6 Semeter)

*      Sp.JP – Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah (10 Semester)

*      Sp.KFR – Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi

*      Sp.KG – Spesialis Konservasi Gigi (dokter gigi)

*      Sp.KGA – Spesialis Kedokteran Gigi Anak (dokter gigi)

*      Sp.KJ – Spesialis Kedokteran Jiwa atau Psikiatri (8 Semester)

*      Sp.KK – Spesialis Penyakit Kulit dan Kelamin (7 Semester)

*      Sp.KN – Spesialis Kedokteran Nuklir (7 Semeter)

*      Sp.KO – Spesialis Kedokteran Olahraga (7 Semester)

*      Sp.M – Spesialis Mata (7 Semeter)

*      Sp.MK – Spesialis Mikrobiologi Klinik (6 Semester)

*      Sp.OG – Spesialis Obstetri & Ginekologi (kebidanan dan kandungan) (9 Semester)

*      Sp.Ok – Spesialis Kedokteran Okupasi (kerja) (6 Semester)

*      Sp.Onk.Rad – Spesialis Onkologi Radiasi (7 Semester)

*      Sp.Ort – Spesialis Ortodonsia (perawatan maloklusi) (dokter gigi)

*      Sp.OT – Spesialis Bedah Orthopaedi dan Traumatologi (9 Semester)

*      Sp.P – Spesialis Paru (Pulmonologi) (7 Semester)

*      Sp.Perio – Spesialis Periodonsia (jaringan gusi dan penyangga gigi) (dokter gigi)

*      Sp.PA – Spesialis Patologi Anatomi (6 Semester)

*      Sp.PD – Spesialis Penyakit Dalam (9 Semester)

*      Sp.PK – Spesialis Patologi Klinik (8 Semester)

*      Sp.PM – Spesialis Penyakit Mulut (dokter gigi)

*      Sp.Pros – Spesialis Prostodonsia (restorasi rongga mulut) (dokter gigi)

*      Sp.Rad – Spesialis Radiologi (7 Semester)

*      Sp.RM – Spesialis Rehabilitasi Medik (8 Semester)

*      Sp.RKG – Spesialis Radiologi Kedokteran Gigi (dokter gigi)

*      Sp.S – Spesialis Saraf (8 Semeter)

*      Sp.THT-KL – Spesialis Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala Leher (8 Semeter)

*      Sp.U – Spesialis Urologi (10 Semester)

*      Sp.Ger – Spesialis Geriatri (sedang dikaji)

Sub-spesialis / konsultan

Sebagian dokter spesialis melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu subspesialis (Sp2), atau lebih dikenal sebagai konsultan. Pendidikan Sp2 ini dijalani selama 4 sampai 6 smester. Beberapa gelar yang ditambahkan:

*      (K) diakhir gelar spesialisasi berarti Konsultan/Spesialis 2/Sub Spesialis, misalnya Sp.A (K) – artinya Spesialis Anak Konsultan

*      KFER – “Konsultan Fertilitas Endokrinologi Reproduksi” (biasanya dimiliki oleh spesialis kebidanan)

*      KFM – “Konsultan Feto Maternal” (dimiliki oleh spesialis kebidanan-kandungan)

*      Gelar yang bisa ditambahkan pada spesialis jantung dan spesialis bedah:

  •  FACC – “Fellow of the American College of Cardiologists”
  • FACP – “Fellow of the American College of Physicians”
  • FACS – “Fellow of the American College of Surgeons”, menandakan anggota dari “American College of Surgeons”
  • FESC – “Fellow of the European Society of Cardiology”
  • FICS – “Fellow Of the International College Of Surgeon”
  • FIHA – “Fellows Indonesian Heart Association”

*      Tambahan gelar lainnya:

  • DPM – “Doctor of Pediatric Medicine”
  • FAAEM – “Fellow of the American Academy of Emergency Medicine”
  • FAAFP – “Fellow of the American Academy of Family Physicians” spesialis di bidang “dokter keluarga
  • FACE – “Fellow of the American College of Endocrinology”
  • FACEP – “Fellow of the American College of Emergency Physicians”
  • FACFAS – “Fellow of the American College of Foot and Ankle Surgeons”
  • FACOG – “Fellow of the American College of Obstetrics and Gynecologists”
  • FCCP – “Fellow of the American College of Chest Physicians”

*      Dalam ilmu penyakit dalam, terdapat 12 sub-spesialis, diantaranya:

  • Alergi-Immunologi Klinik (Sp.PD-KAI)
  • Gastroenterologi-Hepatologi (Sp.PD-KGEH)
  • Geriatri (Sp.PD-KGer)
  • Ginjal-Hipertensi (Sp.PD-KGH)
  • Hematologi – Onkologi Medik (Sp.PD-KHOM)
  • Hepatologi (Sp.PD-KH)
  • Kardiovaskular (Sp.PD-KKV)
  • Endokrin-Metabolik-Diabetes(Sp.PD-KEMD)
  • Psikosomatik (Sp.PD-KPsi)
  • Pulmonologi (Sp.PD-KP)
  • Reumatologi (Sp.PD-KR)
  • Penyakit Tropik-Infeksi (Sp.PD-KPTI)

*      Terdapat 14 sub-spesialis ilmu kesehatan anak, antara lain:

  • Alergi Imunologi
  • Endokrinologi
  • Gastro-Hepatologi
  • Hematologi Onkologi
  • Infeksi & Pediatri Tropis
  • Kardiologi
  • Nefrologi
  • Neurologi
  • Nutrisi & Penyakit Metabolik
  • Pediatri Gawat Darurat
  • Pencitraan
  • Perinatologi
  • Respirologi
  • Tumbuh Kembang Ped. Sosial

*      Terdapat 9 sub-spesialis THT-KL, antara lain:

  • Otologi
  • Neurotologi
  • Rinologi
  • Laringo-Faringologi
  • Onkologi Kepala Leher
  • Plastik Rekonstruksi
  • Bronkoesofagologi
  • Alergi Imunologi
  • THT Komunitas

*      Sub-spesialis dalam bidang anestesiologi dan reanimasi, diantaranya:

  • Perawatan Intensif/ICU (Sp.An-KIC)
  • Anestesi Bedah Jantung, torax dan kardiovaskuler
  • Klinik nyeri
  • Regional analgesi
  • Anestesi bedah saraf
  • Anestesi pediatrik
  • Anestesi bedah umum

*      Sub-spesialis dalam bidang kulit dan kelamin, antara lain:

  • Infeksi Menular Seksual, Herpes, Dermatosis, Bedah Kulit.

*      Sub-spesialis dalam ilmu bedah, antara lain:

  • Bedah Digestif (SpB.KBD)
  • Bedah Onkologi (SpB(K)Onk)
  • Bedah Plastik
  • Bedah Anak
  • Bedah Vaskuler
  • Bedah Toraks dan Kardiovaskuler
  • Bedah Urologi
  • Bedah Saraf
  • Bedah Ortopedi dan Traumatologi
  • Bedah Umum

*      Sub-spesialis dalam Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi (Paru) , antara lain:

  • Infeksi
  • Onkologi Toraks
  • Asma dan PPOK
  • Pulmonologi Intervensi dan Gawat Darurat Napas
  • Faal Paru Klinik
  • Paru Kerja dan Lingkungan
  • Imunologik klinik

Gelar Magister

*      M.Kes – Magister Kesehatan

*      M.Ked – Magister Kedokteran

*      M.Pd.Ked – Magister Pendidikan Kedokteran

*      M.Kesja – Magister Kesehatan Kerja

*      MMR – Magister Manajemen Rumahsakit

*      MARS – Magister Administrasi Rumah Sakit

*      MKK – Magister Kedokteran Kerja

*      MKK – Magister Kedokteran Klinik

*      M.Biomed – Master Ilmu Biomedik (Kedokteran Dasar)

Tinggalkan komentar »

Shalat

SHALAT JAMA TAQDIM & JAMA TAKHIR

Shalat jama` yaitu dua shalat fardu yg di kumpulkan dan dikerjakan dalam satu waktu.adapun shalat jama`itu di bagi menjadi dua bagian yaitu jama taqdim dan jama takhir. Jama taqdim adalah mengumpulkan shalat yg kedua kedalam waktu shalat yg pertama misalkan shalat duhur dan asar dikerjakan di waktu duhur,dan shalat maghrib dan isa dikerjakan di dlm waktu maghrib. Jama takhir adalah mengumpulkan shalat yg pertama kedalam waktu shalat yg kedua.misalnya shalat dhuhur dan asar dikerjakan diwaktu asar,dan shalat maghrib dgn isa dilakukan diwaktu isa.

Syarat2 jama` taqdim:1.mendahulukan shalat yg dahulu (duhur&maghrib)

2.niat menjama`

3.harus langsung antara shalat pertama dgn shalat yang kedua.

Syarat2  jama` takhir:1.berniat jama` takhir diwaktu shalat yg pertama yaitu diwaktu duhur dan maghrib

2.bepergiannya masih ada pada waktu shalat yang kedua.yaitu waktu asar atau isa.

Niat shalat jama`taqdim duhur dan asar:

USHOLLI FARDHODL DLUHRI ARBA`A ROKA`AATIN MUSTQBILAL QIBLATI MAJMUU`ATAN MA`AL ASHRI JAMA`TAQDHIMIN LILLAHI TA`AALAA

artinya :saya berniat shalat fardhu dhuhur empat roka`at menghadap kiblat menjama` taqdim dengan `asar karena Allah Ta`ala

 

Niat shalat jama takhir:

USHOLLI FARDHOLDL DLUHRI ARBA`A ROKA`AATIN MUSTAQ BILAL QIBLATI MAJMUU`ATAN MA`AL `ASHRI JAMA` TAKHIRIN LILLAHI TA`AALAA.

artinya :saya berniat shalat dhuhur empat rokaat ,menghadap kiblat menjama`takhir dengan `ashar karena Allah Ta`ala…

 

 

SHALAT GERHANA

Shalat gerhana dilakukan dua rakaat dengan 4 kali rukuk yaitu pada rakaat pertama, setelah rukuk dan Iktidal membaca Al Fatihah lagi kemudian rukuk dan iktidal kembali setelah itu sujud sebagaimana biasa. Begitu pula pada rakaat kedua.

Tata cara salat gerhana adalah sebagai berikut:

1. Memastikan terjadinya gerhana bulan atau matahari terlebih dahulu. (Sebagai panduan lihat di rubrik IPTEK)

2. Salat gerhana dilakukan saat gerhana sedang terjadi.

3. Sebelum salat, jamaah dapat diingatkan dengan ungkapan,

”Ash-shalatu jaami’ah.”

4. Niat melakukan salat gerhana matahari (kusufisy-syams) atau gerhana bulan (khusufil-qamar), menjadi imam atau ma’mum.

 

niat shalat gerhana

 

5. Salat gerhana dilakukan sebanyak dua rakaat.

6. Setiap rakaat terdiri dari dua kali ruku dan dua kali sujud.

7. Setelah rukuk pertama dari setiap rakaat membaca Al-Fatihah dan surah kembali

8. Pada rakaat pertama, bacaan surat pertama lebih panjang daripada surah kedua. Demikian pula pada rakaat kedua, bacaan surat pertama lebih panjang daripada surat kedua.

Misalnya rakaat pertama membaca surat Yasin (36) dan ar-Rahman (55), lalu rakaat kedua membaca al-Waqiah (56) dan al-Mulk (78)

9. Setelah salat disunahkan untuk berkhutbah.[1]

Berikut ini adalah ringkasan tata cara shalat gerhana sebagai berikut :

  1. Bertakbir, membaca doa iftitah, ta’awudz, membaca surat al-Fâtihah, dan membaca surat panjang, seperti al-Baqarah.
  2. Ruku’ dengan ruku’ yang panjang.
  3. Bangkit dari ruku’ (i’tidal) seraya mengucapkan: sami’allhu liman hamidah.
  4. Tidak sujud (setelah bangkit dari ruku’), akan tetapi membaca surat al-Fatihah dan surat yang lebih ringan dari yang pertama.
  5. Kemudian ruku’ lagi dengan ruku’ yang panjang, hanya saja lebih ringan dari ruku’ yang pertama.
  6. Bangkit dari ruku’ (i’tidal) seraya mengucapkan: sami’allahu liman hamidah.
  7. Kemudian sujud, lalu duduk antara dua sujud, lalu sujud lagi.
  8. Kemudian berdiri ke raka’at kedua, dan selanjutnya melakukan seperti yang dilakukan pada raka’at pertama.

shalat gerhana

Dalam shalat gerhana, bacaan Al-Fatihah pada salat gerhana bulan dinyaringkan sedangkan pada gerhana matahari tidak. Dalam membaca surat yang sunnat pada tiap rakaat, disunnatkan membaca yang panjang. Hukum salat gerhana adalah sunnat muakkad berdasarkan hadis Aisyah Radhiallaahu anha. Nabi dan para shahabat melakukan di masjid dengan tanpa adzan dan ikamah.

 

SHALAT JAMA & QASHAR

 

Shalat Qashar adalah sebuah tindakan meringkas jumlah rakaat shalat fardhu yang bilangannya 4 menjadi 2. Shalat fardhu yang dapat Qashar / diringkas adalah shalat Dhuhur, Asar, dan Isya. Untuk shalat subuh dan maghrib, tidak ditemukan dalil yang memperbolehkan untuk mengQashar / meringkas jumlah rakaat shalat ini.

Syarat Seseorang boleh mengQashar shalat

Seseorang diperbolehkan untuk meng Qashar shalat apabila dia adalah seorang musafir. Terdapat sebuah hadits riwayat Muslim (691) yang menerangkan definisi seorang musafir ini dalam kaitannya dengan shalat Qashar:

Dari Anas, dia berkata, “Rasulullah SAW apabila keluar untuk melakukan perjalanan sejauh tiga mil atau farsakh, beliau shalat dua raka’at.” (Hadits riwayat Muslim)
Dalam buku Bulughul Maram karya Ibnu Hajar Al Asqalani, diterangkan bahwa 1 Farshakh kira-kira setara dengan 8 km. Dan perjalanan 3 farshakh ini menjadi syarat minimal seseorang disebut sebagai seorang musafir.

Shalat Jamak

Pengertian Shalat Jamak

Shalat Jamak adalah tindakan menggabungkan 2 shalat fardhu dalam 1 waktu. Pasangan shalat fardhu yang boleh dijamak adalah shalat Dhuhur dengan shalat Asar, Shalat Maghrib dengan shalat Isya. Apabila shalat jamak yang dilakukan mengambil waktu di shalat yang lebih awal disebut sebagai jamak taqdim, jika pada waktu shalat yang terakhir maka disebut sebagai jamak takhir. Sederhananya seperti ini:

Dhuhur + Ashar pada waktu shalat dhuhur = Jamak Taqdim

Dhuhur + Ashar pada waktu shalat Ashar = Jamak Takhir

Shalat Jamak ketika berada dalam perjalanan

  1. 1.      “Nabi SAW menjamak antara maghrib dan Isya jika perjalannya berat” (HR Bukhari dan Muslim)
    2. “Nabi SAW menjamak shalat Dhuhur dengan Ashar jika berada dalam perjalanan, begitu pula beliau SAW menjamak antara Maghrib dan Isya” (HR Bukhari)
    3. “Bahwasanya ketika Nabi SAW berada pada perang Tabuk, beliau menjamak antar dhuhur dengan ashar, dan maghrib dengan isya. Dan suatu hari beliau mengakhirkan shalat kemudian beliau SAW keluar dan melaksanakan shalat Dhuhur dengan Ashar secara jamak, kemudian masuk kembali (ke dalam tenda), kemudian beliau SAW keluar dan melaksanakan shalat Maghrib dengan Isya secara jamak.” (HR Muslim, Ibnu Majah, Abu Daud, An-Nasa’i)

 

 

SHALAT JENAZAH

1. Lafazh Niat Shalat Jenazah:

“Ushalli ‘alaa haadzal mayyiti fardlal kifaayatin makmuuman/imaaman lillaahi ta’aalaa..”

Artinya:
“Aku niat shalat atas jenazah ini, fardhu kifayah sebagai makmum/imam lillaahi ta’aalaa..”

2. Setelah Takbir pertama membaca: Surat “Al Fatihah.”

3. Setelah Takbir kedua membaca Shalawat kepada Nabi SAW : “Allahumma Shalli ‘Alaa Muhamad?”

4. Setelah Takbir ketiga membaca:

“Allahummagh firlahu warhamhu wa’aafihi wa’fu anhu..”

Artinya:
“Ya Allah, ampunilah dia, berilah rahmat, sejahtera dan maafkanlah dia”

5. Setelah takbir keempat membaca:

“Allahumma la tahrim naa ajrahu walaa taftinnaa ba’dahu waghfirlanaa walahu..”

Artinya:
“Ya Allah janganlah kami tidak Engkau beri pahalanya, dan janganlah Engkau beri fitnah kepada kami sesudahnya, dan berilah ampunan kepada kami dan kepadanya”

6. “Salam” kekanan dan kekiri.

Catatan: Jika jenazah wanita, lafazh ‘hu’ diganti ‘ha’.

Tinggalkan komentar »

3 Resep Masker Alami yang Siap Menyehatkan Rambut Anda

Fungsi masker rambut tidak jauh berbeda dengan kondisioner. Hanya saja, efek masker rambut lebih dalam dan tahan lama dibandingkan kondisioner. Seperti halnya masker wajah, menurut Daily Glow, masker rambut memiliki fungsi menyeluruh terhadap mahkota Anda untuk memberi nutrisi, melepaskan minyak berlebih, melepaskan kotoran, membuatnya mudah diatur serta makin bersinar.

Kalau sebelumnya kami memberikan langkah menjadikan telur sebagai alternatif kondisioner, di sini Yahoo! Style Factor akan membeberkan bahan makanan dan buah-buahan yang dapat digunakan sebagai masker rambut.

Pisang dan alpukat
Campurkan satu batang pisang ukuran sedang dengan satu butir telur dan setengah buah alpukat di dalam mangkuk kecil. Campurkan dengan mixer. Lalu masukkan dua sendok makan madu, dengan tiga sendok makan dadih (air susu yang dikentalkan), dan tiga sendok makan minyak zaitun. Aduk hingga benar-benar rata.

Oleskan pada rambut dari kulit kepala sampai ujung rambut secara merata dan diamkan selama tiga puluh menit. Setelah itu, cuci rambut dengan shampo berkomposisi ringan, yaitu pencuci rambut dengan kadar bahan kimia seminimal mungkin.

Agar hasil lebih maksimal, seperti dikutip dari She Knows, lakukan perawatan ini dua kali sebulan. Selain itu, untuk mereka yang berambut panjang, bahan yang digunakan sejumlah dua kali lipatnya.

Yogurt
Untuk mengembalikan kelembaban rambut yang alami, aduk seperempat gelas yogurt dengan seperempat gelas mayones di mangkuk kecil yang ada putih telur di dalamnya. Porsi putih telur tidak perlu banyak. Ambil dari sebutir telur.

Setelah tercampur, gunakan ramuan tersebut untuk memijat rambut dan kepala Anda. Ingat, rambut Anda harus dalam keadaan basah. Lalu, tutup dengan shower cap dan diamkan selama tiga puluh menit. Setelah itu, cuci dengan air yang dingin dan shampo berkomposisi ringan.

Lakukan perawatan ini sebulan sekali untuk mendapatkan hasil maksimal dan kelembaban rambut alami.

Krim Kelapa 
Bahan ini bisa Anda dapatkan di supermarket langganan Anda. Tak sulit untuk menggunakannya, karena Anda hanya memijatkan krim kelapa pada bagian kepala dan rambut. Lalu bungkus bagian rambut dengan shower cap dan diamkan selama satu jam.

Daily Glow menyarankan bahwa waktu satu jam dan panas tubuh Anda membantu berjalannya proses terbaik untuk rambut. Setelah itu, cuci rambut dengan shampo berkomposisi ringan.

Tinggalkan komentar »

Ini Dia, Makanan Anti-Stroke

Sayur kacang   Orang yang mengkonsumsi banyak makanan kaya akan magnesium seperti sayuran berdaun hijau, kacang, dan buncis memiliki risiko lebih rendah untuk terserang stroke, demikian hasil satu studi internasional atas sebanyak 250 ribu orang.

Meskipun demikian, para penulis studi itu, yang disiarkan di American Journal of Clinical Nutrition, tak sampai menyarankan orang agar setiap hari mengkonsumsi asupan magnesium sebab analisis mereka dipusatkan pada magnesium pada makanan. Mereka juga menduga ada aspek lain makanan yang mempengaruhi temuan mereka.

“Konsumsi makanan yang kaya akan magnesium berbanding terbalik dengan kaitan risiko stroke, terutama stroke iskemik,” tulis pemimpin penulis studi tersebut Susanna Larsson, profesor di Karolinska Institute di Stockholm, Swedia. Stroke iskemik adalah jenis stroke paling umum yang disebabkan oleh gangguan aliran darah ke otak, seperti akibat penyumbatan pada pembuluh darah.

Hasil itu menyarankan orang mengonsumsi makanan sehat yang mengandung “magnesium seperti sayuran berdaun hijau, kacang, buncis dan padi-padian”, ia menambahkan.

Larsson dan rekannya melakukan penelitian melalui penelusuran bank data selama 45 tahun belakangan guna menemukan studi yang melacak berapa jumlah magnesium yang dikonsumsi orang dan berapa banyak di antara mereka yang menderita stroke selama masa itu.

Dalam tujuh studi yang disiarkan selama 14 tahun belakangan, perkembangan sebanyak 250.000 orang di Amerika Serikat, Eropa dan Asia diikuti selama rata-rata 11,5 tahun. Sebanyak 6,500 di antara mereka, atau tiga persen, terserang stroke saat mereka mengikuti penelitian, demikian laporan Reuters.

Untuk setiap tambahan 100 miligram magnesium yang dikonsumsi seseorang setiap hari, risiko mereka terserang stroke iskemik –jenis yang paling umum, yang terutama disebabkan oleh pembekuan darah– turun sebesar sembilan persen.

Tinggalkan komentar »